Suara.com - Rencana Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) untuk mengadakan diskusi publik, “Teror Paris, Ujaran Kebencian dan Ancaman ISIS di Indonesia” di Jakarta pada, Sabtu (28/11/2015) terpaksa dibatalkan.
"Pembatalan diskusi tersebut seharusnya tidak terjadi jika polisi menjalankan fungsinya dalam menjaga keamanan, dan menjamin hak kebebasan berbicara. Apalagi tema yang diangkat diskusi ini, terkait dengan masalah keamanan, radikalisme, dan demokrasi, yang merupakan salah satu persoalan penting kita hari ini," kata Andy Budiman, Juru Bicara SEJUK saat diwawancarai Suara.com, Jumat (27/11/2015).
Diskusi tersebut sedianya akan menghadirkan Arif Zulkifli (Pimred Tempo), Ulil Abshar Abdalla (Cendekiawan Muslim), dan Sidney Jones (Pakar Terorisme) serta dimoderatori oleh Andy Budiman sendiri. Dalam acara tersebut, Sejuk menggandeng mitra. Namun dalam perkembangannya, muncul protes terhadap poster undangan acara tersebut dari kelompok Front Pembela Islam (FPI). FPI keberatan karena poster tersebut seolah menyamakan FPI dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).
Mitra SEJUK sendiri sudah bersedia mengganti poster undangan acara diskusi. Anehnya, Rabu (25/11/2015), Polda Metro Jaya kembali menelepon pihak yang menjadi mitra SEJUK. Polisi meminta mitra dari Sejuk menyampaikan permintaan maaf terhadap FPI. Permintaan tersebut ditolak sebab poster yang menjadi persoalan sudah disanggupi akan diganti. Lantas polisi menyarankan untuk membatalkan diskusi karena polisi menolak memberikan jaminan keamanan dalam penyelenggaraan diskusi. Akhirnya mitra SEJUK memutuskan membatalkan diskusi.
SEJUK khawatir, tekanan dan sensor semacam ini membuat percakapan mengenai agama – isu yang dianggap sensitif – menjadi tabu dan selanjutnya dihindari. SEJUK menangkap saat ini muncul kecenderungan dari aparat kemanan untuk menyensor berbagai tema diskusi yang dianggap sensitif. "Jadi sekarang modusnya lebih sophiticated. Negara tidak secara langsung melarang acara diskusi, namun seolah menciptakan situasi sehingga kebebasan menyampaika aspirasi dan pendapat jadi terhambat," jelas Andy.
Selama ini apa yang dikerjakan oleh SEJUK lewat berbagai diskusi, workshop dan kegiatan lainnya, justru mendukung upaya pemerintah, khususnya kepolisian dalam mengatasi masalah radikalisme dan menyebarluaskan nilai toleransi.
"Karena itu, kami menyayangkan sikap kepolisian yang terkesan tidak menunjukkan komitmen dalam merawat kebebasan berbicara, yang merupakan amanat penting reformasi," ujar Andy.