3 Warga Cina Jadi Korban Serangan Mali

Esti Utami Suara.Com
Sabtu, 21 November 2015 | 15:39 WIB
3 Warga Cina Jadi Korban Serangan Mali
Tentara Mali berada di sekitar Hotel Radison Blu, Bamako, Mali. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Cina mengutuk serangan yang dilakukan oleh kelompok militan terhadap sebuah hotel di ibu kota Mali yang menewaskan 19 orang pada Jumat (20/11/2015), termasuk di antaranya tiga eksekutif perusahaan kereta api Tiongkok.

Para pelaku menyerang hotel Radisson Blu di Bamako, Mali, pada Jumat sebelum pasukan Mali menerobos gedung tersebut dan membebaskan 170 sandera.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hong Lei mengutuk serangan tersebut dan menyampaikan rasa bela sungkawanya.

"Pemerintah Mali beserta komunitas internasional melakukan usaha-usaha penyelamatan aktif namun para pelaku mengabaikan kemanusiaan dan melakukan kejahatan yang brutal dan tidak Berperikemanusiaan," ujar Hong.

Tiga warga Cina yang menjadi korban dalam serangan itu merupakan para eksekutif perusahaan konstruksi kereta api Cina. Ketiga korban masing-masing adalah Zhou Tianxiang dan Wang Xuanshang, manajer umum dan wakil manajer umum divisi internasional perusahaan, dan Chang Xuehui, manajer umum divisi Afrika Barat.

"Perusahaan sangat sedih atas meninggalnya tiga karyawannya, dan kami menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga korban dan mengutuk keras kekejaman yang dilakukan oleh para teroris," ujar  perwakilan perusahaan kereta api itu sebagaimana dikutip sebuah laman.

Kelompok militan Al Mourabitoun dan Alqaida mengklaim bertanggung jawab atas salah satu mematikan tahun ini di Mali ini.

Beijing telah berulang kali mencela kelompok bersenjata ISIS dan mendesak dunia untuk bekerja sama untuk melawan kelompok bersenjata itu. Namun, mereka enggan untuk terlibat langsung di Suriah dan Irak.

Pejabat Cina beralasan, negaranya sedang menghadapi ancaman dari kaum separatis di wilayah Xinjiang yang telah membunuh ratusan orang dalam tiga tahun terakhir. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI