Suara.com - Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi mengatakan Indonesia akan menyampaikan pentingnya kerjasama dalam menangani dan mengatasi masalah radikalisme dan terorisme dalam sejumlah pertemuan pada KTT ASEAN.
"Indonesia akan menyampaikan pentingnya kerja sama menangani kejahatan terutama terkait radikalisme," kata Retno di Hotel Westin Kuala Lumpur, Jumat (20/11/2015) malam.
Menlu menyebutkan aksi radikalisme terus terjadi di berbagai belahan dunia. Terakhir aksi teror terjadi di Mali.
"Ada aksi teror di Mali, kami sudah komunikasi dengan personel di Mali, dan dipastikan semua WNI dalam kondisi selamat," kata Retno.
Ia menyebutkan di sela KTT ASEAN, Presiden Jokowi akan melakukan pertemuan bilateral dengan sejumlah pihak termasuk Sekjen PBB.
"Yang dibahas dengan Sekjen PBB tentu isu-isu global, termasuk radikalisme, Indonesia berperan besar dalam penanganan masalah itu," katanya.
Terkait masalah pengungsi, Retno mengatakan penanganan masalah itu bukan hanya tanggung jawab satu negara. "Kerja sama internasional harus ditingkatkan, termasuk dalam masalah perdagangan manusia," katanya.
Menlu menyebutkan dalam kunjungannya ke Kuala Lumpur Presiden akan menghadiri 10 KTT dan sejumlah pertemuan bilateral. Untuk pertemuan bilateral, selain bertemu dengan Sekjen PBB, Presiden akan bertemu tiga kepala negara yaitu Selandia Baru, Jepang dan Vietnam.
Menlu menyebutkan selama KTT ASEAN ada tiga dokumen yang ditandatangani antara lain terkait penanganan perdagangan manusia terutama anak dan perempuan, terkait stabilitas masyarakat ASEAN.
Mengenai suara Indonesia terhadap MEA, Menlu mengatakan 94 persen aksi terkait MEA sudah dikerjakan dan yang belum tercapai akan dilanjutkan setelah 2015.
"Capaian Indonesia sendiri termasuk bagus," kata Menlu.