Suara.com - Drama penyanderaan di Hotel Radisson Blu, Bamako, Mali, telah berakhir. Sedikitnya dua orang penyerang tewas di tangan pasukan keamanan yang menyerbu masuk ke dalam hotel, Jumat (20/11/2015).
Pejabat PBB yang berada di lokasi melaporkan sebanyak 27 orang tewas dalam insiden penyerangan dan penyanderaan tersebut. Menurut pejabat yang tidak disebutkan namanya tersebut, ada 12 jenazah di lantai dasar, sementara ada 15 lainnya di lantai dua. Saat ini, pasukan PBB masih membantu otoritas Mali memeriksa hotel tersebut.
Seorang saksi mata mengatakan, polisi terlihat keluar masuk hotel, mengawal warga sipil. Beberapa di antara warga sipil tersebut terluka.
Menteri Dalam Negeri Mali, Kolonel Salif Traore, saat memberikan pernyataan di televisi setempat mengatakan, sedikitnya 76 orang dibebaskan oleh pasukan keamanan.
Sebuah kelompok militan Afrika yang berafiliasi dengan jaringan teroris Al Qaeda mengklaim bertanggung jawab atas serangan ke Hotel Radison Blu di Bamako, Mali, Jumat (19/11/2015).
Al-Mourabitoun, sebuah kelompok yang berasal dari Mali bagian utara mengunggah pesan di Twitter berisi klaim bahwa mereka adalah dalang penyerangan di Radison Blu. Belum ada pihak yang memastikan kebenaran dari klaim kelompok yang sebagian besar terdiri atas suku Tuareg dan Arab itu.
Sebelumnya, Salif mengatakan, tiga orang terbunuh, sementara dua lainnya terluka oleh kelompok bersenjata yang menembus keamanan di pintu masuk hotel pada sekitar pukul 7 pagi. Mereka memberondongkan peluru sambli meneriakan "Allahu Akbar".
Seorang sumber keamanan dan seorang saksi mata, kepada Reuters mengatakan, suara tembakan terdengar berulang kali saat para penyerang naik ke hotel, lantai demi lantai. Televisi setempat menyebutkan, 80 sandera telah berhasil keluar dari hotel tersebut di siang hari. Namun, satu jam kemudian, situs resmi hotel menyebut bahwa 124 tamu dan 13 staf masih berada di dalam.