Suara.com - Rusia mengajukan revisi rancangan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memerangi kelompok bersenjata ISIS yang didukung oleh Prancis.
Persetujuan dari dewan beranggotakan 15 negara itu pada rancangan resolusi tunggal, yang menjabarkan pendekatan internasional guna mengalahkan kelompok bersenjata ISIS, akan menandai langkah signifikan setelah berbulan-bulan perselisihan antara barat dan Rusia.
Rancangan usulan Rusia pertama kali disampaikan kepada Dewan Keamanan pada akhir September 2015 tapi ditolak oleh Amerika Serikat, Inggris dan Prancis dalam hal seruan memerangi kelompok bersenjata ISIS dengan persetujuan pemerintah Suriah.
Rancangan resolusi baru masih mengandung ketentuan itu, kata Duta Besar Rusia Vitaly Churkin, tapi dia mengabaikan perbedaan pendapat.
"Kami menyerukan kerja sama yang lebih erat daripada yang kita miliki saat ini di antara semua pihak yang berjuang di Suriah dan Irak," kata Churkin kepada wartawan setelah pertemuan tertutup dewan.
"Satu hal yang terdengar keras dan jelas dalam diskusi kami di dewan adalah bahwa harus ada kesatuan dewan. Saya tidak melihatnya sebagai kesenjangan yang besar." Presiden Prancis Francois Hollande menyerukan Dewan Keamanan untuk segera mengadopsi resolusi guna memperkuat perang melawan kelompok bersenjata IS pascaserangan Paris.
Hollande akan bertemu Presiden Vladimir Putin di Moskow pada 26 November 2015, dua hari setelah pembicaraan di Washington dengan Presiden Barack Obama yang bertujuan untuk meningkatkan kampanye melawan ekstrimis. (AFP/Antara)