Suara.com - Drama pengepungan sebuah apartemen di Saint-Denis, Prancis, yang diduga sebagai tempat persembunyian otak aksi teror di Paris berakhir. Sedikitnya dua orang tewas dalam pengepungan pada Rabu (18/11/2015) yang melibatkan polisi, tentara, dan pasukan khusus Prancis.
Pengepungan dilakukan sejak Rabu pagi guna mencari Abdelhamid Abaaoud, seorang militan Belgia yang disinyalir sebagai otak aksi pengeboman dan penembakan di sejumlah tempat di Paris, Jumat pekan lalu. Namun, hingga Rabu malam waktu Prancis, masih belum dapat dipastikan apakah Abdelhamid telah tewas dalam pengepungan tersebut.
Baku tembak dan ledakan granat terjadi dalam operasi tersebut. Sedikitnya 5.000 peluru membombardir apartemen yang tak jauh dari stadion Staed de France, salah satu lokasi yang menjadi target serangan hari Jumat. Lansiran Reuters, delapan orang ditangkap, sementara pakar forensik masih bekerja untuk memastikan apakah hanya dua atau malah ada tiga militan yang terbunuh dalam peristiwa tersebut.
Kepada Reuters, seorang penyidik mengatakan, salah satu korban tewas berjenis kelamin perempuan diduga sepupu dari Abdelhamid. Sebelumnya, Daily Mail menyebut perempuan yang meledakkan diri usai menembaki polisi dengan senapan AK-47 itu sebagai istri dari Abdelhamid.
The Independent, mengutip pemberitaan media Prancis, menyebut perempuan tersebut bernama Hasna Aitboulahcen, (26), sepupu Abdelhamid. Sempat terjadi percakapan singkat antara Hasna dan polisi yang mengepung apartemen. Ketika ditanya, di mana kekasihnya, Hasna menjawab bahwa Abdelhamid bukanlah kekasihnya. Hasna sempat membantah hal itu dua kali sebelum suara ledakan keras terdengar. Ledakan itu diduga berasal dari rompi sarat bom yang ia kenakan.
Washington Post, mengutip pernyataan pejabat intelijen senior, mengatakan bahwa Abdehlhamid sudah tewas dalam baku tembak. Kendati demikian, Jaksa Wilayah Paris Francois Molins menegaskan bahwa belum ada satupun jenazah militan yang diidentifikasi, dan memastikan bahwa Abdelhamid bukan salah satu militan yang berhasil diamankan.
Reuters, mengutip pernyataan pejabat keamanan Prancis, meyakini bahwa Abdelhamid pernah tinggal di Suriah. Ia dibesarkan di Brussels, Belgia, namun pindah ke Suriah pada tahun 2014 untuk bergabung dengan ISIS. Sejak saat itu, ia pernah sekali kembali ke Eropa dan terlibat dalam beberapa rencana serangan di Belgia.