Lanjut Ibrahim, pada Kamis (29/10/2015) pukul 13.00 WIB, menurut penjelasan istrinya, Falya diberikan suntikan obat antibiotik oleh Dokter Yeni.
Pada pukul 16.00 dirinya kembali melihat perkembangannya, karena mendapat firasat yang tidak enak. Ia pun kaget dengan kondisi putrinya yang memburuk setelah diketahui mendapat suntikan antibiotik.
"Saya lihat kondisi anak saya mukanya bengkak, bibirnya biru, badannya dingin dan perut membesar," ucap Ibrahim.
Selain itu, dirinya langsung meminta pertolongan kepada perawat dan dokter yang berjaga. Dokter jaga pun hanya memeriksa Falya dengan stethoscope tanpa melakukan pemeriksaan terhadap putrinya
Pukul 17.00 WIB pukul, ia melihat putrinya mengalami bintik-bintik merah, mulutnya berbusa dan nafasnya tersengal-sengal. Perawat dan dokternya pun langsung memutuskan untuk dipindahkan ke ICU selama tiga hari.
"Akhirnya diputuskan masuk ICU jam 19.00 WIB, dipindahkan tapi saya lihat di ICU pun nggak maksimal penanganannya. Tiga hari di ICU, akhirnya Minggu (1/11/2015) pukul 06.00 WIB, anak saya meninggal," tutur Ibrahim.
Ia mempertanyakan, sejak dilakukan perawatan dan tindakan medis di Rumah Sakit Awal Bros, hingga putrinya meninggal pada Minggu (1/11/2015) tidak ada kejelasan tentang penyebab kematian putrinya.
"3 hari di ICU sampai 13 hari anak saya meninggal, nggak ada kejelasan, dokter Y hanya bilang bukan karena suntikan antibiotik," tegasnya.
Sebelumnya, keluarga almarhumah Falya Raafani Blegur (15 bulan) melaporkan dokter berinisial YWA yang berpraktik di Rumah Sakit Awal Bros, Kota Bekasi, Jawa Barat, ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu Polda Metro Jaya. Keluarga menduga Falya menjadi korban malpraktik setelah dirawat di rumah sakit yang terletak di Jalan KH. Noer Ali.