Suara.com - Pesawat Airbus A321 milik maskapai Kogalymavia atau Metrojet Rusia yang jatuh di Sinai pekan lalu dikabarkan terbang dalam kondisi auto pilot dan pecah di udara setelah terdengar suara keras. Kendati demikian, penyidik belum bisa mengambil kesimpulan apa yang sebenarnya menyebabkan jatuhnya pesawat.
Kepala tim penyidik Mesir Ayman al-Muqaddam mengatakan, rekaman suara kokpit (CVR) akan dianalisis untuk mengidentifikasi sumber dari suara keras tersebut. Sementara itu, beberapa negara Barat sudah mengindikasikan akan kemungkinan adanya bom di dalam pesawat.
Muqaddam mengatakan, mode auto pilot masih aktif ketika insiden terjadi. Serpihan pesawat juga tersebar di wilayah seluas 13 kilometer sehingga memunculkan teori bahwa pesawat pecah di udara.
CVR yang ditemukan di lokasi jatuhnya pesawat merekam suara keras di bagian terakhir. Rekaman tersebut akan diserahkan kepada laboratorium spesialis untuk dianalisis lebih lanjut.
Para ahli memiliki metode untuk menganalisis rekaman pada CVR dalam kasus pengeboman pesawat. Dengan cara membandingkan frekuensi, mereka bisa menentukan apakah suara yang terekam berasal dari ledakan yang disengaja atau tidak disengaja.
Muqaddam menegaskan, timnya yang terdiri atas penyidik Mesir, Rusia, Prancis, Jerman, dan Irlandia belum mengesampingkan segala kemungkinan skenario. Kendati demikian, pihaknya belum mencapai kesimpulan tertentu.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat tersebut jatuh pada Sabtu, 31 Oktober 2015. Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 224 tewas. ISIS mengklaim sebagai dalang insiden tersebut namun Rusia menyangkal klaim tersebut. (Reuters)