Suara.com - The Cantillon, salah satu produsen bir tradional di Belgia mengaku menjadi korban perubahan iklim global. Sebab suhu bumi terus meninggat menjadi makin panas.
Hal itu berdampak pada masa masa fermentasi bir yang lebih singkat. Analoginya, kini produsen bir kehilangan 1 bulan masa fermentasi di bandingkan tahun 1950-an.
The Cantillon harus mendinginkan birnya yang panas dalam tangki terbuka. Sehingga ragu dengan alami berproses.
Tapi dengan kenaikan suhu hingga 15 C (59 F) di malam hari di Belgia membuat proses pendinginan menjadi lama. Sementara Cantillon masih menolak membuat pendingin buatan untuk birnya.
"Ini benar-benar tidak normal. Kami memiliki suhu malam di musim panas dan dengan suhu seperti itu benar-benar mustahil untuk proses itu," kata Jean Van Roy, pemilik The Cantillon.
Para ilmuwan mengatakan suhu rata-rata global telah meningkat sekitar 0,8 derajat celcius sejak revolusi industri. Masalah ini akan dibahas pada konferensi prubahan iklim PBB di Paris yang dimulai 30 November mendatang.
Cantillon terkenal karena metode tradisional dan menolak untuk menggunakan pendingin buatan. Sehingga proses fermentasi The Cantillon sangat tergantung pada suhu musiman.
"Kami kehilangan lebih dari satu bulan dan jika terus kita akan kehilangan mungkin dua bulan dan yang pasti lakukan untuk pemanasan global," katanya. (CBSnews)