Suara.com - Penyelidikan atas jatuhnya pesawat maskapai Kogalymavia atau Metrojet milik Rusia di Sinai, Mesir, Sabtu (31/10/2015), masih berlangsung. Otoritas terkait di Rusia belum mengetahui penyebab jatuhnya pesawat. Hasil penyelidikan awal menyebutkan, pesawat terlebih dahulu pecah di udara sebelum akhirnya jatuh ke tanah.
"Pecahnya pesawat terjadi di udara dan serpihannya tersebar di kawasan yang luas," kata pejabat senior Komite Penerbangan Antar Negara Bagian Rusia, Viktor Sorochenko sebagaimana dikutip kantor berita RIA Novosti.
Sorochenko menegaskan, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan terkait penyebab jatuhnya pesawat. Kedua buah kotak hitam yang kemungkinan menjadi kunci jawaban misteri ini sudah ditemukan dan dianalisis.
Di tengah teka-teki insiden yang menelan 224 nyawa penumpang dan kru ini, muncul beberapa teori mengenai apa yang sebenarnya membuat pesawat Airbus A321 itu jatuh dari angkasa.
Kesalahan teknis
Yang pertama, ada teori yang menyebut ada kesalahan teknis pada pesawat sehingga pesawat jatuh. Ada pula informasi yang menyebutkan pesawat tersebut pernah mengalami kerusakan pada bagian ekornya pada tahun 2001 silam.
Namun, Wakil Direktur Umum maskapai Kogalymavia yang mengoperasikan Metrojet, Alexander Smirnov menegaskan bahwa pesawat dalam kondisi baik. Sementara itu, Wakil Direktur Umum bagian teknik Kogalymavia, Andrei Averyanov, mengatakan, insiden pada tahun 2001 terjadi ketika bagian ekor menyentuh landas pacu. Kendati demikian, kerusakan itu sudah diperbaiki dan bukan faktor penyebab jatuhnya pesawat.
Maskapai juga menyebut, mesin pesawat telah diinspeksi di Moskow, Rusia, pada 26 Oktober lalu dan tidak ditemukan permasalahan. Sedangkan, berdasarkan hasil inspeksi, bahan bakar pesawat juga sudah memenuhi persyaratan.
Seperti dikutip Reuters, maskapai juga mengatakan bahwa pesawat telah menerima sertifikat laik terbang dari badan regulasi penerbangan di Irlandia tahun ini. Maskapai menuding faktor eksternal menjadi penyebab jatuhnya pesawat.
Baca juga: Pengakuan Mengejutkan Istri Kopilot Pesawat Metrojet Rusia
Kesalahan pilot
Wakil Direktur Umum maskapai Kogalymavia yang mengoperasikan Metrojet, Alexander Smirnov mengatakan bahwa pesawat jatuh bukan karena kesalahan pilot atau kru.
"Kami menepikan kesalahan teknis atau kesalahan apapun yang dilakukan kru," kata Smirnov.
Dilansir Ria Novosti, pesawat Metrojet dipiloti oleh Kapten Valery Nemov, pilot 48 tahun yang mengantongi 3.682 jam terbang. Ia juga pernah menjalani latihan menerbangkan Airbus A321 di Turki pada tahun 2008.
Rudal ISIS
Hanya beberapa saat setelah pesawat jatuh, ISIS langsung mengklaim sebagai dalang di balik insiden tersebut. ISIS menyebut, aksi itu dilakukan sebagai balasan atas campur tangan Rusia dalam konflik di Suriah. Sebuah akun Twitter yang mengatas namakan ISIS juga mengunggah video berisi rekaman pesawat yang meledak di angkasa.
Namun, klaim tersebut dibantah oleh Badan Keselamatan Penerbangan Rusia. Beberapa pakar keamanan juga menyebut, ISIS tidak memiliki senjata yang bisa menembakkan rudal untuk mengenai target pada ketinggian 30.000 kaki.
Bom di dalam pesawat
Sebagaimana dikutip dari Dailymail, sejumlah pakar dalam bidang penerbangan dan terorisme meyakini bahwa kemungkinan ada bom yang dipasang di dalam pesawat. Keyakinan mereka didasarkan pada kenyataan bahwa tidak ada panggilan darurat dari kru sebelum pesawat jatuh.
Selain itu, berdasarkan pengamatan mereka, lapisan di badan pesawat terkelupas ke arah luar. Hal ini, menurut mereka, hanya mungkin terjadi jika ada dorongan kekuatan dari dalam pesawat.
Salah satunya adalah Analis Militer Paul Beaver. Seperti dikutip dari News.com.au, menurutnya bisa saja ada seseorang yang meletakkan bom dengan pengatur waktu di pesawat. Atau, bisa pula ada pengebom bunuh diri yang ikut dalam penerbangan tersebut.
Sebaliknya, profesor di bidang politik internasional di Birmingham University, Scott Lucas, menyebut, kotak hitam adalah satu-satunya jawaban atas misteri jatuhnya pesawat. Jika memang itu terjadi karena bom yang diletakkan di dalam pesawat, ISIS bukanlah satu-satunya yang bisa melakukan hal tersebut.
Malah, menurutnya, sejauh ini ISIS belum pernah meletakkan bom di pesawat sipil. Al Qaeda-lah yang kerap melakukan hal tersebut.