Rizal Ramli Ungkap Kebobrokan RJ Lino di Pansus Angket Pelindo II

Kamis, 29 Oktober 2015 | 17:03 WIB
Rizal Ramli Ungkap Kebobrokan RJ Lino di Pansus Angket Pelindo II
Dirut Pelindo II, RJ Lino. (ANTARA/ Akbar Nugroho Gumay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Koordinator bidang Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli memaparkan kekeliruan  yang dilakukan Dirut PT Pelindo II RJ Lino atas konsensi Jakarta International Center Terminal (JICT). Hal itu dipaparkan saat menghadiri rapat dengan Panitia Khusus (Pansus) Angket Pelindo II, di DPR, Jakarta, Kamis (29/10/2015).

"Memperpanjang perjanjian sebelum jangka waktu berakhir, memperpanjang perjanjian tanpa melakukan perjanjian konsensi terlebih dahulu dengan otoritas pelabuhan utama Tanjung Priok sebagai regulator," kata Rizal.

Tidak hanya itu, Rizal mengatakan, RJ Lino juga tidak mematuhi surat kepala kantor otoritas pelabuhan utama Tanjung Priok. Juga, tidak mematuhi surat dewan komisaris PT Pelindo II. Serta, melanggar prinsip transparansi karena tidak melalui tender.

Di sisi lain, Rizal menilai RJ Lino juga terlalu sombong dengan tidak bersedia menerapkan sistem first come first serve terhadap kapal kontainer yang datang. Hal ini yang membuat waktu tunggu kapal di Pelabuhan menjadi lama.

"Menyangkut waktu tunggu kapal di Pelabuhan Tanjung Priok lumayan lama. Sedangkan, di dunia hanya kira-kira satu hari. Kenapa bisa satu hari, karena di seluruh dunia best practise yang dilakukan sistem first come first serve, dimana kapal yang datang pertama kali akan langsung dilayani," kata dia.

Rizal menerangkan, sistem di Tanjung Priok juga dinilai tidak masuk akal dan terlihat konyol. Sebab, antrean kapal tidak berurutan. Misalnya, cerita Rizal, kapal yang datang pertama masuk ke TPS (Tempat Penimbunan Sementara) 3, lalu kapal selanjutnya masuk ke TPS 5 dan bukan TPS 4, sesuai urutan.

"Dengan sombongnya Dirut Pelindo (R.J Lino) mengatakan, kita tidak mau ikut sistem first come first serve. Kami punya sistem sendiri," tutur Rizal.

Selain itu, sambung Rizal, klaim keuntungan yang diperoleh dengan sistem ini hanyalah pembualan semata. Sebab, kenyataannya, kata Rizal, hal ini malah menimbulkan kerugian negara.

"Jadi Mohon maaf Pelindo mengaku pencetak laba yang paling besar, itu sama sekali nggak betul. Pelindo nggak masuk 20 paling tinggi di BUMN, kalah Rp590 miliar dengan KAI, dengan Pegadaian 1,8 triliun. Kok bisa sesumbar yang paling besar di indonesia, ini penipuan paling besar," ujar dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI