Bertemu Obama, Jokowi Akan Bahas Empat Isu Strategis

Esti Utami
Bertemu Obama, Jokowi Akan Bahas Empat Isu Strategis
Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara, Iriana Joko Widodo saat meninggalkan Tanah Air menuju AS pada Minggu (25/10) [Antara/Yudhi Mahatma].

Pertemuan akan digelar di Ruang Oval, Gedung Putih, Senin (26/10/2015) pagi waktu setempat.

Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi), Senin (26/10/2015) waktu AS akan mengadakan pertemuan bilateral dengan Presiden AS, Barack Obama di Ruang Oval, Gedung Putih.

Menteri Luar Negeri (Menlu),  Retno LP Marsudi saat konferensi pers di Blair House Washington DC, Minggu (25/10/2015) malam waktu AS, mengatakan pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Obama akan meliputi empat hal pembahasan.

"Yang pertama mengenai Indonesia sebagai negara Muslim terbesar di dunia tapi pada saat yang sama Indonesia menjadi negara demokrasi terbesar di dunia yang toleran, pluralis, dan sebagainya yang tidak dimiliki negara lain memberikan nilai strategis bagi Indonesia, dengan itu Indonesia siap memainkan peran sebagai jembatan," katanya.

Hal kedua soal ekonomi yang menekankan ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka yang siap meningkatkan bekerja sama ekonomi dengan AS dan dunia.

Dengan ekonomi yang terbuka, kata dia, menjadikan Indonesia lebih mudah bekerja sama dengan ekonomi negara manapun apalagi didukung dengan paket kebijakan yang akan sangat membantu Indonesia menyampaikan kepada dunia bahwa ekonomi Indonesia adalah ekonomi terbuka.

Hal ketiga adalah Indonesia merupakan pasar digital terbesar di Asia Tenggara dengan pasar digital mencapai 12 miliar dolar AS pada 2014.

"Angka itu sangat berarti (kenaikannya) dibandingkan dengan pada 2013 yang sebesar 8 miliar dolar AS," katanya.

Pencapaian itu, kata Retno, belum ada campur tangan pemerintah di dalamnya.

"Kalau ada campur tangan pemerintah diproyeksikan pada 2020, Indonesia akan menjadi 'the biggest digital market' di Asia Tenggara," katanya.

Hal keempat yang akan dibicarakan yakni isu "climate change" mengingat kedua negara merupakan pemimpin negara besar.

"Goalnya karena Indonesia adalah negara besar maka kita berharap bahwa pertemuan ini membawa manfaat bagi kedua belah pihak dan dunia," katanya. (Antara)