Suara.com - Aparat TNI melarang wartawan untuk mengabadikan foto dan video saat terjadi kerusuhan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, menjelang Final Piala Presiden 2015, Minggu (18/10/2015). Wartawan pun merasa tindakan itu aneh.
Pelarangan pengambilan foto dan video itu dilakukan saat sejumlah tentara mengusir suporter The Jakmania. Tentara itu juga menyita alat kerja wartawan untuk langsung menghapus foto dan video yang direkam oleh wartawan.
"Maksudnya apa coba ini TNI ngelarang wartawan buat ngambil gambar dia (TNI) lagi ngusir-ngusirin anak-anak The Jakmania yah lagi rusuh," kata salah satu wartawan, Reza.
Foto yang dijepret Reza dihapus oleh anggota TNI. Bukan hanya melarang untuk mengambil gambar, Reza pun dimintai kartu pers-nya untuk difoto oleh salah seorang petugas yang menggunakan kaos kerah belang-belang berwarna putih pink.
"Mana pakai segala tunjuk-tunjuk kayu lagi. Terus bilang, 'coba kamu rasain bagaimana rasanya pake baju loreng-loreng ini buat ngatur kerusuhan'," cerita Reza dengan menirukan suara dan gaya aparat TNI tersebut.
Selain itu, sebelumnya wartawan tidak dicegah untuk mengambil sebuah gambar kerusuhan pagi tadi. "Apa-apaan coba, dari pagi liputan di Senayan sambil foto-foto kerusuhan nggak apa-apa sama polisi," katanya.
Ternyata Reza, saat itu dikelilingi hampir sekitar 10 aparat TNI yang untuk menyita ponsel untuk diperiksa foto dan video yang dia sudah rekam sebelumnya. "Mana foto sama video hapus lagi," ujarnya.
Pada saat di lokasi dekat hal basket, dari pantauan Suara.com terlihat juga wartawan lainnya yang dilarang untuk mengambil gambar dan menyita alat kerjanya untuk dihapus gambar dan videonya. [Nur Habibie]