Suara.com - Sebanyak 2.900 buruh maskapai penerbangan Air France-KLM terancam pemutusan hubungan kerja (PHK). Di antara mereka termasuk para pilot dan awak pesawat.
Pihak manajemen dan serikat pekerja masih bernegosiasi soal rencana itu. Sampai Kamis (15/10/2015) kemarin hasilnya PHK masih bisa ditahan.
Chief Executive Air France, Alexandre de Juniac baru-baru ini mengubah susunan direksi. Sehingga PHK masih bisa ditahan sampai 2017.
Dewan menegaskan kembali dukungannya terhadap Chief Executive Alexandre de Juniac setelah ia diperbarui direksi pada pembicaraan dengan serikat buruh tentang restrukturisasi yang bisa melihat 2.900 pekerjaan memotong di Air France.
"Sampai 2017 rencana pengurangan tenaga kerja masih dapat dihindari jika negosiasi menyimpulkan dengan cepat," kata dewan Air France-KLM dalam sebuah pernyataan kepada Reuters.
"Ini mendorong organisasi manajemen dan tenaga kerja untuk mengejar pembicaraan ke arah ini," jelas dia.
Sebelumnya perundingan serikat pekerja dan manajemen Air France pertama gagal. Salah salah satu solusi agar maskapai ini bertahan adalah dengan menambah jam kerja pilot. Namun para pilot menolak karena tidak mendapatkan bayaran tambahan. Sehingga manajemen Air France menjalankan pilihan lain, yaitu pemutusan hubungan kerja 2.900 buruh.
Namun Perdana Menteri Manuel Valls sampai saat ini mengatakan PHK bukan satu-satunya cara untuk membantu perusahaan memulihkan keuangan perusahaan. Sebab Air France kalah saing dengan penerbangan murah.
"Jika pilot tidak mengambil tanggung jawab mereka, maka ada rencana B," kata Valls. "Tidak ada pilihan lain selain reformasi."
Pemerintah Prancis memiliki 17,6 persen saham Air France-KLM. (Reuters)