Jokowi: Bantuan Asing Difokuskan Tangani Asap di Sumsel

Laban Laisila Suara.Com
Jum'at, 09 Oktober 2015 | 12:49 WIB
Jokowi: Bantuan Asing Difokuskan Tangani Asap di Sumsel
Kebakaran Hutan Semakin meluas. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan bantuan dari beberapa negara akan dikonsentrasikan untuk memadamkan kebakaran lahan dan hutan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan.

"Dikonsentrasikan di Sumsel dulu karena memang dari 'checking' kita, titik api terbanyak itu memang masih di Sumsel," kata Presiden saat meninjau Posko Kesehatan Pengobatan Gratis Bagi Korban Bencana Kabut Asap di Puskesmas Kuok, Desa Lereng, Kecamatan Kuok, Kabupaten Kampar, Riau, Jumat (9/10/2015).

Presiden mengungkapkan bahwa sudah ada beberapa negara yang sanggup memberi bantuan yakni Singapura, Malaysia, Korea, Rusia, Australia, dan Tiongkok.

"Tapi yang datang hari ini baru dari Singapura. Mungkin Minggu akan mulai berdatangan," kata Jokowi.

Presiden mengatakan bantuan asing ini berupa pesawat-pesawat yang bisa membawa air untuk waterbombing di atas 10 ton.

"Karena kita harus tahu, ini berhadapan dengan hutan gambut. Diatasnya juga nggak ada api, di bawahnya masih membara," katanya.

Presiden juga mengungkapkan bahwa lamanya penanganan bencana kabut asap ini karena keluasan (lahan yang terbakar) lebih besar dan panas el nino yang lebih kering.

Bupati Kampar Jefry Noer mengakui adanya kabut asap ini penderita Ispa mengalami peningkatan.

"Memang (di Puskesmas Kuok) ada dari 3-4 orang ini menjadi 20 orang tiap harinya (yang menderita Ispa), tapi kami rawat, kita obati, kemudian ini selesai. Jadi memang tidak separah yang di media-media," kata Jefry.

Bupati Kampar ini mengungkapkan bahwa Puskesmas di wilayah siap melayani penderita koeban kabut asap 24 jam non stop dan gratis.

Sementara Menteri Kesehatan Nila Moeloek berharap warga memakai masker saat beraktifitas di luar rumah.

"Karena polutan itu besarnya 10 mikron dan ada yang 2,5 mikron. Namun juga ada yang seperti bentuk gas, yang memang kita agak khawatir kalau gambut itu yang terbakar. Dan ini memang kita sudah melihat dampaknya, apakah bisa nanti berbuat sesuatu, biar polutan itu yang kita tahan," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI