Investasi di Riau Nol Selama Diselimuti Kabut Asap

Selasa, 06 Oktober 2015 | 11:51 WIB
Investasi di Riau Nol Selama Diselimuti Kabut Asap
Petugas Manggala Agni dan TNI memadamkan sisa api yang membakar perkebunan kelapa sawit di Sungai Aur, Muaro Jambi, Sabtu (12/9). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal (BPT-PM) Kota Pekanbaru, Provinsi Riau mencatat investasi di daerah itu mandek selama kabut asap menyelimuti. Tidak ada investasi baru yang masuk ke wilayah tersebut selama 2 bulan terakhir.

"Di awal tahun pertumbuhan modal dalam maupun asing perbulannya melejit capai 25 persen. Sekarang tidak ada penambahan sudah dua bulan ini," ungkap plt Kepala BPT-PM, Pekanbaru, M. Jamil, di Pekanbaru, Selasa (6/10/2015).

Kabut asap yang membuat Bandara Sultan Syarif Kasim II lumpuh. Menurut Jamil, sangat merugikan bagi perekonomian ibu kota Provinsi Riau karena telah membuat pemilik modal dalam negeri maupun asing menunda realisasi yang akan ditanamkan di Pekanbaru.

M Jamil mencontohkan sekitar awal tahun kemarin sudah ada investor dalam negeri yang melakukan pengurusan perijinan untuk berinvestasi di Pekanbaru dengan nilai Rp4 triliun.

"Namun hingga kini sang pemilik modal belum juga merealisasikan proyeknya, padahal kemarin saat mereka mengisi form isian diperkirakan akan terealisasi tahun ini," ujar M. Jamil.

Menurut M. Jamil, itu hanya sekelumit, masih ada lagi yang lainnya juga sedang menahan dananya masuk ke Pekanbaru. Karena memang akses untuk ke negeri ini lumpuh, kalaupun bisa dipaksakan harus mutar lewat Padang dan jalan darat ke tujuan.

"Kalau awal tahun melejit hingga realisasi pada semester I mencapai Rp1,8 triliun. Setelah itu hingga September belum ada lagi penambahan," katanya.

Aidil Fitsen, salah seorang pengacara di Pekanbaru, mengakui merasa dirugikan karena lumpuhnya bandara SSK II. Sedianya harus ke Jakarta guna mengurus perkara, jadi batal dan tertunda. Ia mengeluhkan jika kondisi ini terus berlangsung maka lebih banyak kerugian yang dialami.

"Saya jadi rugi puluhan juta untuk batal satu kali berangkat," ujarnya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI