Cerita Ayah Bocah Dalam Kardus, Jarang Temui Anak Usai Cerai

Siswanto Suara.Com
Senin, 05 Oktober 2015 | 15:29 WIB
Cerita Ayah Bocah Dalam Kardus, Jarang Temui Anak Usai Cerai
Ziarah murid dan guru SD Negeri 05 Kalideres Pagi, Rawa Lele, Kalideres, Jakarta Barat, di makam Putri Nur Fauziah (9), Senin (5/10/2015) siang. [suara.com/Nur Habibie]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mendiang Putri Nur Fauziah (9) selama hidupnya dikenal sebagai anak periang.

"Putri anaknya nggak manja, penurut, mandiri juga orangnya, putri juga anaknya sangat periang," kata ayah Putri, Asep Safullah (36), di rumahnya, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (5/10/2015).

Putri merupakan murid kelas dua SD Negeri 05 Kalideres Pagi, Rawa Lele, Kalideres, Jakarta Barat, yang ditemukan meninggal dunia secara mengenaskan di Jalan Sahabat RT 6/5, Kelurahan Kamal, Kecamatan Kalideres, Jumat (2/10/2015) sekitar pukul 22.30 WIB, jenazahnya dimasukkan di dalam kardus.

Asep sudah tiga tahun cerai dengan Ida. Ida adalah ibu kandung Putri. Sejak cerai, Asep tidak setiap hari mengunjungi Putri.

"Saya baru hari ini ke sini lagi (rumah putri tinggal) terakhir saya ke sini pas tiga bulan lalu, tapi masih tetep komunikasi kita, lewat sekolah," ujarnya.

Putri tinggal bersama ibunya, serumah dengan nenek, tante, dan tiga saudara lainnya.

"Putri tinggal sama ibunya di sini (rumah putri tinggal), tapi kadang Putri juga suka main ke rumah budenya buat tidur di sana," ujarnya.

Asep mengungkapkan ketika mendengar kabar Putri hilang pada Jum'at lalu, dia langsung melakukan pencarian. Dia mencari ke rumah teman-teman Putri.

"Pas putri ilang, saya langsung ke rumah Raysa temennya Putri, tapi ternyata nggak ada dan nggak tahu juga temennya itu," ujarnya.

Begitu anaknya ditemukan, ternyata sudah tidak bernyawa.

Asep berharap polisi mampu mengungkap kasus pembunuhan yang menimpa anaknya.

"Ya nantinya kalau dari kami, pelaku dihukum seberat-beratnya, dan kami menyerahkan semuanya ke polda," katanya.

"Karena negara kita kan negara hukum, jadi biar hukum yang menjadi panglimanya," Asep menambahkan. [Nur Habibie]

REKOMENDASI

TERKINI