Suara.com - Meski sudah mendapat akses penuh dari Kerajaan Arab Saudi ke sejumlah rumah sakit menyusul tragedi Mina, Mekkah, Arab Saudi, tim Disaster Victim Identification (DVI) Mabes Polri tetap saja menemui kesulitan.
Kesulitan kali ini bukan karena soal administrasi, tapi menghadapi jenazah yang sudah berumur 10 hari berada di pemulasaran mayat.
Ketua TIM DVI Mabes Polri Kombes Polisi dr Muhammad Masudi berharap kondisisi fisik jenazah masih baik, maka kerusakan mayat tidak terlalu parah dan masih bisa diidentifikasi dengan menggunakan data dari sistem informasi dan komputerisasi haji (siskohat) Kemenag yang berisi data jamaah, termasuk foto dan sidik jari.
Secara umum, jika penyimpanan jenazah kurang baik maka jenazah akan membusuk dan membengkak sehingga menyulitkan identifikasi jenazah.
Sementara itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag Abdul Djamil mengharapkan tim DVI juga mendapat akses yang luas di pemulasaran mayat, Al Mu'ashim, Mekkah, sehingga bisa mempercepat kejelasan status 28 jamaah haji Indonesia yang belum kembali ke pemondokan mereka.
"Dengan adanya 10 personel dari tim DVI yang bergabung (dengan tim perlindungan jamaah PPIH), maka kami harapkan mereka bekerja dengan leluasa untuk melakukan identifikasi korban di pemulasaraan jenazah," ujar Djamil di Mekkah, Minggu (4/10/2015).
Untuk itu, kata dia, tim DVI dan tim perlindungan jamaah PPIH melakukan rapat teknis dan rekonsiliasi data untuk bersinergi menemukan jamaah Indonesia yang belum kembali ke pemondokan mereka.
Sampai Minggu pukul 08.00 Waktu Arab Saudi (WAS) PPIH Arab Saudi telah berhasil melakukan identifikasi 100 haji Indonesia yang menjadi korban meninggal dalam peristiwa Mina, lima di antaranya WNI yang telah bermukim di Arab Saudi. Selain itu ada enam jamaah yang masih dirawat di rumah sakit dan 25 jamaah telah kembali ke pemondokan mereka.
Kepala Daker Mekkah Arsyad Hidayat mengatakan jumlah tersebut merupakan 82 persen dari total jamaah yang dilaporkan hilang setelah peristiwa Mina. (Antara)