Ini Kronologi Tenggelamnya Gabriella Menurut Ibu dan Ayahnya

Jum'at, 02 Oktober 2015 | 18:26 WIB
Ini Kronologi Tenggelamnya Gabriella Menurut Ibu dan Ayahnya
Kedua orangtua mendiang Gabriella Sherly Horward (kanan), saat di Gedung Komnas PA, Jakarta, Jumat (2/10/2015). [Suara.com/Nikolaus Tolen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Verayanti, ibu dari Gabriella Sheryl Howard, siswa kelas III sekolah dasar (SD) di sekolah Global Sevila International Kembangan, Jakarta Barat cukup menyayangkan simpang siurnya informasi terkait persitiwa naas yang menimpa anaknya. Karena itu, dirinya pun menjelaskan kronologinya berdasarkan keterangan yang diperoleh dari empat orang teman Geby sapaan akrab Gabriella, termasuk teman yang ditolonginya karena hampir meninggal, yakni Tanisha.

Menurut Vera, anaknya saat berangkat ke sekolah sangat sehat, dan tidak ada indikasi sakit sedikit pun. Karena itu, dirinya tidak percaya saat ditelpon oleh Ibu Selvi sang Wakil Kepala Sekolah bahwa dirinya diharuskan ke Rumah Sakit Purih karena anak sulungmya tersebut masuk rumah sakit.

"Saya antar anak saya pagi hari, dalam keadaan sehat. Karena itu, saat ditelpon dan meminta saya harus ke Rumah Sakit, maka saya langsung menjawab anak saya tidak sakit, dia sehat, atau dia tenggelam ya?" kata Vera saat menceritakan kronologi kejadian tersebut di Gedung Komnas PA Jalan TB Simatupang Pasar Rebo, Jakarta Timur, Jumat(2/10/2015).

Berikut adalah kisah lengkap yang disampaikan kedua orang tua Geby.

Pada tanghal 17 September 2015 tepat pukul  07.20 WIB, Verayanti mengantar  Geby dalam keadaan sehat. Pada pukul 09.15 WIB dia  ditelpon oleh sekolah untuk ke rumah sakit, dan dia pun bilang bahwa anaknya  sehat. Dia pun langsung berpikir pasti anaknya tenggelam,karena dia ke sekolah pagi itu untuk berenang.

Tidak mau berpikir panjang, dirinya pun langsung meluncur ke rumah sakit Puri Kembangan. Sesamlai disana, dia melihat dokternya terus melakukan penindakan dan tampak ada sejumlah kantong yang bertujuam untuk menampung air dan busa yang keluar dari hidung dan mulut putrinya. Dan katanya saat itu, sebenarnya, nyawa anaknya sudah tidak tertolong lagi, dan dokter hanya berupaya untuk memberikan pertolongann yang sebenanrnya sudah pasti hasilnya sudah tidak tertolong lagi.

"Saya langsung ke sana, dan sampai disana saya melihat ada kantong-kantong di situ. Kata dokter setelah itu gagal dilakukan, bahwa sebenarnya saat tiba di rumah sakit, sudah tidak hidup lagi, hanya diusahakan saja," ceritanya.

Dia lantas menceritakan kejaadian yang menimpa anaknya. Menurutnya, seperti biasa sebelum melakukan kegiatan renang-renang, anak-anak melakukan pemanasan terlebih dahulu di pinggir kolam. Dan setelah itu mereka masuk ke dalam kolam, sambil menunggu kesempatan untuk dinilai oleh sang guru yang bernama Mister Ronaldo. Dan pada saat itulah kejadian tersebut terjadi, dimana temanya Geby, Tanisha yang hampir tenggelam langsung ditolong oleh Geby. Namun, naas keduanya sama-sama turun ke dasar kolam. Beruntung bagi Tanisha, ditolong oleh temannya, namun Geby tidak terselamatkan, karena saat dipanggil oleh Tanisha tidak didengar oleh Sang Guru. Baru setelah dipanggil oleh teman-teman yang lain, sang Guru baru teejun ke dalam kolam untuk mengangkat tubuh Tanisha.

"Awalnya pemanasan di atas kolam,lalu masuk, sambil nunggu giliran tes, Geby dengan teman dekatnya nunggu, dengan Tanisa, Tanisha tidak bisa berenang dan saat itu Tanisah hampir tenggelam, Geby lalu tolong, dan keduanya jadi tenggelam. Trista tarik Tanisha, semntara Geby ditinggalin di dasar kolam,  dan si Tanisha teriak tapi nggak dengar, lalu teman lain teriak dan baru didengar oleh gurunya. Mister Ronaldo turun angkat Geby, dalam posisi baju lengkap, dan saat itu dia tidak ada dalam kolam," cerita Istri dari Asip ini.

Lalu setelah itulah, Geby sempat diberi pertolongan pertama, dengan ditekan-tekan dadanya, sementara saat itu dari matanya sudah keluar darah dan busa-busa halus.

"Informasinya bukan ke Puskesmas tapi UKS, tapi itu masih simpang siur. Tapi saat diangkat sempat diberi pertolongan dengan ditekan pada dadanya, padahal sudah keluar darah dari matanya dan juga busa-busa halus," kata Vera.

Saat ini, pihak keluarga masih menunggu keterangan resmi dari sekolah terkait kronologis kejadiannya. Hal itu, diharapakan agar dapat dengan jelas diketahui apa yang terjadi dan bagaiman kejadian tersebut berlangsung. Untuk sementara, saat ini Polres Metei Jakarta Barat sudah memeriksa sejumlah saksi terkait hal tersebut, namun hingga saat ini belum ada titik terangnya. Pihak keluarga khawatir, masalha tersebut tidak berlanjut, sehingga meminta bantuan Komisi Nasional Perlindungan Anak untuk mendorong Penyidik Polres Mertro Jakbar mengusutnya. Denggan demikian, kejadian seruoa tidak terulang lagi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI