Keluarga Saksi Sejarah G30S Terancam Kehilangan Tempat Tinggal

Jum'at, 02 Oktober 2015 | 09:28 WIB
Keluarga Saksi Sejarah G30S Terancam Kehilangan Tempat Tinggal
Foto saat Kapten (Purn) Noeralie mengawal pengangkatan jenazah para jenderal di Lubang Buaya. (suara.com/Bowo Raharjo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah peringatan Hari Kesaktian Pancasila, keluarga Alm. Kapten Purn Noerali salah satu saksi sejarah kejadian G30S , tepatnya saat pengangkatan jenazah para jenderal dari Lubang Buaya, Jakarta Timur, justru terancam kehilangan tempat tinggal.

Kediaman mereka yang berada di Jalan Darma Putra 7, Nomor 12, RT 9, RW 7, Arteri Pondok Indah, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, terancam dibongkar paksa dan diambil oleh pihak Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad). Surat prihal permintaan penyerahan Rumah Dinas Kostrad di Tanah Kusir, Jakarta Selatan itu bertanggal 25 September 2015 dan ditandatangani oleh Pangkostrad Letjend Ikram Paputungan.

Di poin ketiga surat tersebut, tertulis lahan tersebut diharapkan (dibongkar) paling lambat satu minggu setelah surat ini diterima. Jika sampai batas waktu yang ditentukan lahan tersebut belum juga dibongkar, maka Kostrad akan melaksanakan pembongkaran secara paksa.

Jika mengacu pada isi surat tersebut, maka eksekusi akan dilakukan pada hari Jumat (2/10/2015) ini.

Permintaan pindah ini terjadi, setelah Noerali yang saat G30S meletus, menjabat sebagai asisten pribadi Letjen Soeharto meninggal pada Mei tahun lalu. Setelah itu keluarga Noerali diminta mengosongkan rumah dinas Kostrad ini.

Rumah dinas yang berdiri di atas lahan seluas 650 meter persegi ini telah ditempati keluarga Noerali sejak tahun 1967. Saat ini, tanah rumah tersebut ditinggali oleh tiga orang anak dan empat cucu Noerali.
 
"Kita udah dua kali melakukan pertemuan, yang pertama hanya ngobrol di luar pagar, jadi intimidasinya sangat luar biasa. Yang kedua tanggal 25 September 2015," kata anak kedua Kapten Purn Noerali, Tinnie Noeralie di kediamannya, Jumat (2/10/2015).

Tinnie menjelaskan, di pertemuan pertama tanggal 22 September 2015, mereka hanya berbicara di luar pagar. Pertemuan itu dihadiri oleh Askotrad, Irjen Kostrad beserta 30 personil TNI.

Tinnie menyayangkan sikap Kostrad yang dinilainya tidak mengedepankan komunikasi untuk mencari titik temu.

"Saya kan tanya mau dibayar berapa? Dia bilang nggak ada pembayaran, mau ambil," jelasnya.




BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI