Suara.com - Setelah sekian lama tak ikut campur dalam konflik di Suriah, Rusia akhirnya memulai serangan udaranya di negeri tersebut pada Rabu (29/9/2015). Langkah Rusia dinilai sebagai jawaban terhadap negara-negara Barat yang mempertanyakan keseriusan Rusia dalam memerangi ISIS di Suriah.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pihaknya sudah menghantam delapan target ISIS dengan serangan udara. Mereka mengaku telah menghancurkan pos komando dan pusat operasi ISIS di sebuah kawasan pegunungan.
Namun, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan pemberontak Suriah di lapangan langsung memprotes serangan yang dilakukan Rusia. Pasalnya, menurut mereka, serangan Rusia tidak mengenai ISIS. Selain itu, akan menjadi sangat membahayakan jika AS dan Rusia sama-sama melancarkan serangan udara di lokasi dan waktu yang sama tanpa koordinasi.
Menteri Pertahanan AS Ash Carter mengaku telah mengarahkan pejabat militer AS untuk menemui pejabat militer Rusia sesegera mungkin untuk memastikan agar tidak terjadi benturan di lapangan.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, dalam pidatonya di Sidang Umum PBB beberapa waktu lalu menegaskan bahwa serangan udara yang mereka lakukan merupakan bentuk bantuan bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam memerangi ISIS.
Namun, Amerika Serikat menilai, Rusia lebih cenderung berniat memperkuat pasukan Assad, yang notabene diinginkan Amerika Serikat untuk lengser dari kekuasaannya. (Reuters)