Petani Karet di Aceh Beralih Jadi Kuli Bangunan

Selasa, 29 September 2015 | 16:16 WIB
Petani Karet di Aceh Beralih Jadi Kuli Bangunan
Ilustrasi petani karet. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebagian besar petani perkebunan tanaman karet di Kecamatan Panton Reu, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh beralih profesi karena harga karet anjlok. Mereka menjadi kuli bangunan.

Petani Gampong (desa) Baro, Kecamatan Panton Reu Zamhuri mengatakan harga tampung karet bersih saat ini Rp5.500 per kilogram. Harga itu mengalami penurunan 10 persen dari harga dua pekan sebelumnya Rp6.500 per kilogram.

"Kuli bangunan merupakan alternatif terutama pemuda gampong kami semenjak harga karet anjlok. Dari hasil deres maksimal hanya dapat 10 kg karet per hari setelah dijual cuma dapat uang Rp45.000 sementara kebutuhan biaya hidup semakin tinggi," katanya.

Petani di sana hanya mempu mengeluarkan produksi karet mentah kebun sendiri 7 sampai 10 kilogram perhari. Sementara harga jualnya Rp5.500/kg. Bila mengupah deres pada kebun orang lain hanya mendapat setengah bagian yakni Rp2.500/kg.

Getah karet mentah hasil deresan petani sebelum dijual juga dibersihkan dan dikeringkan. Namun harga tampungnya sama karena kebutuhan pasar dunia terhadap bahan baku karet semakin rendah.

"Daripada tidak ada kerjaan lain, kuli bangunan bisa dapat gaji Rp70.000/hari, tapi untuk biaya hidup tidak cukup juga. Kami sebenarnya tidak ingin beralih karena karet adalah satu-satunya sumber perekonomian masyarakat sejak dahulu," kata dia.

Selain itu, harga karet juga anjlok Medan, Sumatera Utara. Ini membuat penampung lokal di kawasan itu kesulitan mendapat pasokan sehingga harus menghentikan pengiriman ke pasar Medan secara rutin.

Bagi penampung lokal yang bermodal minim, tetap berupaya mengirimkan karet mentah ke pasar Medan Sumatera Utara dengan harga tampung Rp13.000-Rp16.000/kg tergantung kwalitas karet yang dikirim. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI