Lolos melewati pagar, tidak lantas membuat Ismawati aman. Ia mengaku tiba-tiba ia merasa tubunya tersetrum karena menginjak sesuatu.
"Tubuh saya bergetar, seperti tersentrum. Saya hanya berdoa, ya Allah tolong saya..tolong saya," ujarnya kembali berderai air mata mengingat perjuangannya untuk selamat dari musibah itu.
Berhasil lewat dari krisis tersebut ia dibantu jamaah dari Turki untuk berganti pakaian yang kotor akibat terinjak-injak, kemudian dengan sajian makanan dan minuman seadanya.
"Saya tidak tahu lagi nasib kakak saya dan nenek Nadjemiah sampai saat ini (Jumat 25/9). Saya berdoa semoga mereka selamat, dan setidaknya diketahui kondisinya," ujar Ismawati.
Dalam kondisi panik dan menyelamatkan diri dari desakan jamaah negara lain, entah apa yang mendorongnya untuk mengamankan 'harta' nenek Nadjemiah yang dilihatnya tidak bergerak lagi.
"Saya sempat mengamankan cincin yang dibeli nenek Nadjemiah di Madinah, ketika ia sudah tidak bergerak lagi," kata Hasmawati sambil memperlihatkan cincin emas dengan motif khas arab saudi dengan ukiran kecil-kecil.
Hasmawati berharap kalau pun nenek Nadjemiah tidak kembali lagi, cincin itu bisa menjadi kenang-kenangan untuk keluarganya.
Data terakhir yang dirilis Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) 1436H/2015M sampai Senin (28/9), jumlah jamaah haji Indonesia yang menjadi korban peristiwa di Jalan 204 Mina itu mencapai 41 orang, tiga di antaranya berasal dari Kloter 10 Embarkasi Makasar (UPG 10).
Dan Nadjemiah Samad Madjida dengan nomor passpor B0693478 tercatat sebagai salah satu korban meninggal bersama dua nama lain dari kloter yang sama, yaitu Yahman Mistan Meslan, kloter UPG 10 nomor paspor B0693120 dan Sitti Lubabah Arsyad Ngolo, kloter UPG 10 nomor paspor B0693565. Sementara sang kakak Namma binti Muhammad Kasim masih belum ditemukan hingga berita ini turunkan. (Antara)