Suara.com - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin berbeda pendapat soal bagaimana menangani krisis perang saudara yang terjadi di Suriah. Obama menyatakan siap bekerja sama dengan Rusia dan Iran untuk mengakhiri perang saudara, namun, dirinya tak sependapat dengan Putin, yang memilih menggandeng Presiden Suriah, Bashar al-Assad.
Berbicara di depan Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, AS, Senin (28/9/2015), Obama menyebut Bashar al-Assad sebagai pemimpin tirani sekaligus dalang perang saudara empat tahun yang menewaskan 200 ribu orang serta menyebabkan jutaan lainnya kehilangan tempat tinggal.
"AS sedang mempersiapkan kerja sama dengan negara manapun, termasuk Rusia dan Iran, untuk menyudahi konflik," kata Obama.
"Namun kita harus menyadari bahwa, setelah banyaknya pertumpahan darah dan kekerasan, rezim yang kini memimpin Suriah, tidak boleh kembali berkuasa setelah perang usai," lanjutnya.
Adalah Presiden Prancis Francois Hollande dan Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu yang memiliki pandangan sama dengan Obama. Mereka juga sama-sama tidak menginginkan Assad terus berkuasa di Suriah.
Namun, Putin, yang juga hadir dalam sidang tersebut, tak sependapat dengan Obama. Putin justru beranggapan, satu-satunya cara melawan ISIS yang menancapkan benderanya di sebagian wilayah Suriah, adalah dengan menjalin kerja sama dengan Assad.
"Kami pikir, adalah sebuah kesalahan yang amat besar untuk menolak kerja sama dengan pemerintah Suriah dan pasukan bersenjatanya yang dengan gigihnya memerangi terorisme," kata Putin dalam pidato setelah Obama.
"Kita pada akhirnya harus mengakui bahwa tidak ada pasukan lain selain Presiden Assad dan milisi Kurdi yang benar-benar memerangi ISIS dan organisasi teroris lainnya di Suriah," lanjut Putin.
Seperti diketahui, AS, Rusia, dan Iran sama-sama punya peran dalam konflik yang tengah terjadi di Suriah. AS sendiri, punya peran melatih dan mempersenjatai pemberontak Suriah yang melawan pemerintahan Assad, sementara Iran, membekingi pejuang Hisbullah Lebanon untuk membantu Assad memerangi pemberontak yang mencoba menggulingkannya dari kekuasaan. Sedangkan, AS meyakini Rusia mengerahkan kekuatan militernya berupa tank dan pesawat tempur untuk membantu kekuatan militer Assad. (Reuters)