Suara.com - Tokoh dan pengacara senior Adnan Buyung Nasution wafat siang tadi di RSPI, Jakarta. Banyak kisah disampaikan para kolega, sahabat, politisi, pejabat negara hingga rakyat jelata.
Ketua Komisi III DPR Azis Syamsudin punya cerita tentang pengacara senior Adnan Buyung Nasution. Menurutnya Adnan merupakan orang yang out of the box.
"Saat saya jadi pengacara, saya di DPR juga ketemu beliau dalam hal padangan-pandangan hukum kosntultasi dalam pembuatan UUD. Beliau punya pemikiran yang kalaupun kadang-kadang orang melihatnya out of book tapi pemikiran itu kadang menjadi kenyataan dan benar. Jadi seperti punya indra keenam bisa menerawang. Mungkin karena jam terbang ya, jam terbangnya kan mumpuni," ujar Azis di DPR, Rabu (22/9/2015).
"Dan kesan saya secara pribadi merasa kehilangan senior tempat diskusi masalah-masalah hukum yang dalam beberapa kali kesempatan pernah diskusi, minta pandangan, tapi ini sdh takdir tuhan. Saya ucapkan selamat jalan untuk beliau semoga beliau mendapat tempat disisinya," ujar anggota Fraksi Golkar.
Sementara itu, anggota Komisi III Arsul Sani berbela sungkawa atas wafatnya pengacara senior Adnan Buyung Nasution. Menurutnya, almarhum sebagai pejuang hak asasi manusia.
"Kontribusi besarnya dalam perjuangan menegakkan HAM belum ada yang menandingi. Almarhum membela HAM segala kelompok masyarakat, dari mereka yang beridiologi komunis sampai Islam garis keras seperti Abu Bakar Ba'asyir," kata Arsul, Rabu (22/9/2015).
"Dia membela dari yang berpangkat Jenderal seperti Wiranto sampai dengan pedagang asongan di Terminal Pulogadung dan Kalideres pada pertengahan yang dikejar-kerja Sudomo pada pertengahan 1980an," tambahnya.
Politisi PPP ini mengenal Buyung sebagai sosok yang ramah dan rendah hati kepada semua orang. Buyung, di mata Arsul, adalah orang yang tidak pernah memandang berbeda setiap orang ketika disapa siapapun.
"Saya merasakan kehangatan almarhum sejak menjadi asisten pembela umum di Jakarta pada pertengahan tahun 1980-an sampai dengan Senin malam kemarin ketika saya menjenguknya di rumah sakit," ujar dia.
Sebelum wafat, Adnan Buyung sempat dirawat di rumah sakit yang sama. Pia, Akbar Nasution, anak Adnan Buyung menjelaskan bahwa ayahnya dirawat usai cabut gigi.
“Awalnya sakit gigi, hari Senin masuk dan Selasa cabut gigi, tapi karena ayah saya punya gagal ginjal dia harus di rumah sakit karena nggak bisa minum sembarang obat. Nah sejak dirawat susah makan. Kemarin muntah hebat dan ritme jantungnya terganggu,” ceita Pia yang dihubungi melalui sambungan telepon.
Menurut Pia, Adnan Buyung memang sudah mengkonsumsi obat darah tinggi sejak tahun 1974 dan sempat operasi jantung pada 1990.
“Dokter juga sudah prediksi kalau ayah saya bakal gagal ginjal,” katanya lagi.
Adnan Buyung, jelas Pia, sudah menderita gagal ginjal sejak Desember 2014 dan mesti cuci darah seminggu tiga kali.
“Sejak masuk ICCU, Minggu pagi sudah bisa berkomunikasi, tapi kami sekeluarga diminta tunggu di luar biar dia istirahat,” terang Pia.
Adnan Buyung pernah menjadi pengacara terpidana kasus korupsi Anas Urbaningrum. Dia juga pernah dipenjara oleh Orde Baru di bawah pemerintahan Soeharto. Dia juga menjadi salah satu inisiator pendiri Lembaga Bantuan Hukum.