Suara.com - Seorang lelaki Inggris diadili atas dakwaan merencanakan pembunuhan putra mahkota Kerajaan Inggris, Pangeran Charles. Pembunuhan tersebut diduga direncanakan si lelaki agar Pangeran Harry, putra kedua Pangeran Charles, bisa naik tahta tertinggi Kerajaan Inggris.
Mark Colborne, (37), nama lelaki tersebut. Pengagum pembunuh massal asal Norwegia, Anders Breivik tersebut mengatakan, dirinya berencana melakukan serangan demi "bangsa Arya".
Mark divonis bersalah merencanakan serangan teror dalam persidangan yang digelar pada hari Selasa (22/9/2015). Jaksa penuntut umum menghadirkan bukti dari buku harian Colborne di mana dia menuliskan rencananya untuk menggunakan senapan penembak runduk untuk menghabisi nyawa Pangeran Charles.
Jaksa penuntut juga menyebut, Colborne sudah mempersiapkan bahan kimia, masker gas, corong, jarum suntik, dan sarung tangan untuk melakukan serangan dengan racun sianida. Colborne membantah tuduhan jaksa dan menyebut bahwa hal-hal tersebut ia tulis di buku hariannya ketika dirinya tak terkendali dan tidak meminum obat anti-depresi.
Dalam sidang tersebut disebutkan bahwa Colborne merasa terpinggirkan sebagai lelaki berkulit putih dan berambut ginger alias jingga kemerahan. Atas dasar warna rambutnya, Colborne dijuluki "ginger extremist". Julukan itu kian pas, lantaran Pangeran Harry, yang ia gadang-gadang naik tahta setelah Pangeran Charles terbunuh, juga berambut jingga kemerahan. Namun, tak disebutkan apakah Colborne tak menyadari, andaikata Charle terbunuh, masih ada Pangeran William yang lebih berhak naik tahta, karena ia adalah putra sulung Charles.
Sebelumnya, BBC melansir bahwa dalam buku hariannya, Colborne menulis bahwa dirinya ingin menjadi teroris militer. Orang-orang yang menjadi target sasarannya adalah mereka dari ras kaukasia berwarna rambut dan mata gelap. (News.com.au)