Suara.com - Penderitaan korban gempa di Nepal April lalu masih tersisa. Warga Nepal belum mendapatkan kembali kehidupan layak pascagempa.
Cerita menyedihkan itu datang dari salah seorang perempuan Nepal yang berusia 36 tahun, Sanchimaya Thami. Dia tampak membungkuk membawa barang di pundaknya. Thami adalah korban gempa yang bertahan hidup dari pekerjaannya sebagai kuli angkut. Ini pekerjaan baru dia.
Saat ini di Nepal ada 10.000 korban gempa yang dipekerjakan sebagai kuli untuk membawa makanan, obat-obatan dan bahan penampungan ke desa-desa terpencil Himalaya. Akses jalan di sana hancur tidak bisa dilewati kendaraan karena diguncang gempa 7,8 SR 25 April lalu. Ada 8.900 orang tewas dalam gempa itu.
"Dulu aku petani, tapi sekarang lahan pertanian itu semua hilang," cerita Thami seperti dilansir AFP.
"Kami tidak punya makanan untuk dimakan, kami tak punya tempat untuk hidup. Butuh waktu sekitar seminggu sebelum bantuan tiba," kata Thami saat membawa karung berisi kacang seberat 30 kilogram.
Sebelumnya, Nepal dikritik karena mempunyai respon kacau terhadap gempa yang menewaskan hampir 9.000 orang itu. Negara gagal mempersiapkan aturan sampai tanggap bencana yag memadai. Padahal para ahli sempat memprediksi gempa bumi sangat mungkin mengguncang Nepal.
Saat ini puing bangunan rusak masih teronggok di Kathmandu, Ibu Kota Nepal. Puluhan ribu orang tinggal di tenda-tenda plastik. Mereka dimangsa lalat dan nyamuk. (AFP)