Europol Ungkap Puluhan Ribu Pengungsi Terlibat Dalam 'Traficking'

Esti Utami Suara.Com
Kamis, 17 September 2015 | 04:37 WIB
Europol Ungkap Puluhan Ribu Pengungsi Terlibat Dalam 'Traficking'
Pengungsi Suriah berjalan menyusuri rel kereta dari Serbia menuju Hungaria. (Reuters/Laszlo Balogh)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 30.000 orang diperkirakan terlibat dengan kelompok-kelompok yang meminta bayaran ribuan euro dari para pengungsi untuk mengarungi perjalanan berbahaya ke Eropa, kata kepala badan kepolisian Eropa, Rabu (16/9/2015).

Rob Wainwright mengatakan penemuan 71 mayat di belakang sebuah mobil truk di Austria bulan lalu mendorong Europol untuk menjalankan operasi besar-besaran terhadap penyelundupan manusia serta mengindentifikasi para pelaku. Dari situ ditemukan jumlah tersangka --yang jauh lebih besar dibandingkan yang dipikirkan badan itu sebelumnya.

"Insiden tragis di Austria itu merupakan gejala ledakan masalah kejahatan yang sedang kami selidiki sekarang," katanya kepada Reuters.  Bob menambahkan, "Ribuan penjahat berbondong-bondong ke posisi ini, yakni pergerakan massal para migran dan pengungsi."

Tahun ini saja, ujarnya, kami telah mengumpulkan informasi terkait sekitar 30.000 tersangka penjahat dan rekanan mereka yang terlibat dalam kasus ini. Itu menunjukkan betapa besarnya kegiatan kejahatan yang sedang berlangsung pada saat ini.

Europol, yang memiliki anggota sekitar 950 orang yang bekerja di luar Den Haag, sedang mengkoordinasikan 1.400 penyelidikan berbeda terkait penyelundupan manusia di seluruh kontinen, kata Wainwright.

Gelombang orang-orang yang mengungsikan diri dari konflik-konflik di Timur Tengah dan Afrika telah membuat Eropa bergelut dengan krisis pengungsi terburuk yang pernah dihadapinya sejak Perang Dunia Kedua dan memberi peluang menguntungkan bagi para penyelundup manusia.

Penemuan mayat-mayat di sebuah truk yang terbengkalai di Austria pada 28 Agustus menyoroti bahaya yang dihadapi oleh mereka yang berusaha mencapai Eropa dari negara-negara tempat para korban berasal, seperti Afghanistan, Suriah dan Irak. (Antara/Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI