Suara.com - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuat formulasi untuk menangani gerakan kelompok separatis bersenjata di Papua agar aksi mereka tak terjadi lagi.
"Ini ada skema tentang Papua yang tidak selesai. Jangan sekedar operasi simbolik. Presiden perlu memikirkan ini. Jangan sekedar membebaskan sandera. Mari evaluasi secara mendalam biar selesai. Karena ada konflik yang terus menerus. Dan Presiden belum punya formulasi," ujar Fahri di DPR, Rabu (16/9/2015).
Pernyataan Fahri menyusul kasus penyanderaan dua warga negara Indonesia yang dilakukan oleh kelompok yang mengklaim sebagai Organisasi Papua Merdeka di di Skowtiau dan mereka minta ditukar dengan rekan mereka yang ditahan petugas keamanan Indonesia. Informasi ini telah dikonfirmasi angkatan bersenjata Papua Nugini, Sabtu 12 September 2015. Kelompok tersebut
Fahri mengatakan diplomasi uang untuk aksi damai dan pembebasan tahanan politik Papua tidak tepat.
"Papua itu tidak perlu uang. Mereka hanya perlu perasaan hadir di negeri ini sebagai bagian dari bangsa. Tidak ada masalah yang membuat mereka risih," kata dia.
"Saya pernah usulkan Presiden bikin Istana di Papua, dan Presiden harus sering ke Papua. Kan Presiden punya pesawat yang tak perlu transit. Tapi sekarang nggak begitu, simbolik terus dari jauh terus," Fahri menambahkan.
Dua WNI yang disandera bernama Sudirman (28) dan Badar (20). Mereka penebang di perusahaan penebangan kayu di Skofro, distrik Kerom, Papua Nugini.