Suara.com - Pesawat cassa Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) akan menabur garam di langit perbatasan Jambi-Sumsel. Ini dilakukan untuk membuat hujan buatan.
Deputi Penanganan Darurat BNPB Tri Budiarto mengatakan cara kerja pesawat cassa yakni terbang bolak-balik Jambi-Palembang dengan membawa 1.000 kilogram garam halus.
"Pesawat cassa yang di Palembang rencananya nanti akan kita tugaskan bolak-balik Jambi-Palembang untuk membikin hujan buatan. Sekali terbang membawa 1.000 kilogram garam," kata Budiarto, usai rapat koordinasi penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Jambi, Senin (14/9/2015).
Dia menjelaskan, ketika terbang dari Palembang menuju Jambi, pesawat cassa membawa garam dan melemparnya di awan sekitar daerah Musi Banyuasin Kabupaten Sumsel.
Begitu pesawat tiba di Bandara Jambi, pesawat kembali membawa 1.000 kilogram garam dan terbang menuju Palembang dan kembali melempar garam tersebut di sekitar langit daerah Musi Banyuasin.
"Di bandara Jambi kita menyiapkan 10 ton garam, silahkan dicek. Dengan jumlah garam sebanyak itu kita membutuhkan waktu sekitar 7-10 hari. Cara ini agar tidak ada kesia-siaan jam terbang pesawat itu," katanya menjelaskan.
Upaya lain pemadam api kebakaran hutan dan lahan di Jambi kata Budi yakni dengan menambahkan kekuatan pemadaman melalui udara atau 'water bombing'.
"Pesawat AirTractor bakal datang lagi satu unit dari Kementerian Kehutanan untuk menambah kekuatan, di samping operasi darat yang saya kira terus dilakukan," katanya.
Selain itu, Budiarto yang langsung memantau kebakaran di Jambi tepatnya di Kabupaten Muarojambi mengklaim tidak ada api di daerah itu. Namun praktis asap terlihat begitu banyak.
"Kalau kita lihat 'hot spot' dari satelit NOAA itu nol, tapi satelit terra dan aqua 'hot spot' hari ini terdeteksi 80 titik. Maknanya adalah bahwa masih ada indikasi kemungkinan munculnya api," katanya.
Dia juga mengungkapkan, Komandan Pos Komandan Karhutla di Jambi yakni Danrem 042/ Garuda Putih sudah berjanji akan menuntaskan api kebakaran hutan dan lahan selama 14 hari terhitung mulai hari ini.
"Pak Danrem mengatakan 14 hari mulai hari ini api harus mati. Dan saya kira ini harus dibantu semua pihak untuk mendukung target 14 hari tersebut. Artinya semua pesawat dan helikopter 'water bombing' harus siap," kata Budiarto.
Namun sejak tiga hari ini, lanjutnya, ada persoalan karena tidak bisa terbang akibat asap tebal. Namun satu helikopter sudah dipindah ke Muba dengan harapan mematikan api dari belakang.
"Ini inisiatif Komandan Pos Komando. Sekarang kita tidak usah dengar yang macam-macam soal keputusan yang diambil. Dan kita tidak usah berdebat bahwa ini asap kirim atau apa. Nyatanya asapnya ada, jadi mau diapain," katanya menambahkan. (Antara)