Awas Ada 57 Titik Panas di Bangka Belitung

Senin, 14 September 2015 | 14:47 WIB
Awas Ada 57 Titik Panas di Bangka Belitung
Petugas Manggala Agni dan TNI memadamkan sisa api yang membakar perkebunan kelapa sawit di Sungai Aur, Muaro Jambi, Sabtu (12/9). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pangkalpinang mencatat sebanyak 57 titik panas atau hotspot beredar di Bangka Belitung. Ini sebagai indikasi awal kebakaran lahan dan hutan yang terdeteksi oleh Satelit Terra dan Aqua.

"Sebagian besar sebaran titik panas terpusat di Kabupaten Bangka Selatan dengan 26 titik," kata Staf Koordinator Unit Analisis BMKG Pangkalpinang, Akhmad Fadholi di Pangkalpinang, Senin (14/9/2015).

Sebanyak 26 titik di Bangka Selatan itu tersebar di Kecamatan Payung 13 titik, Simpang Rimba 7 titik, serta Air Gegas dan Kecamatan Toboali masing-masing tiga titik.

"Titik panas itu dapat berubah sewaktu-waktu tergantung suhu udara dan aktivitas pembakaran lahan pada saat kemarau," katanya.

Sementara di Kabupaten Bangka Tengah, hotspot terdetiksi sebanyak enam titik yang tersebar di Kecamatan Pangkalan Baru dua titik dan Koba empat titik.

"Sedangkan di Kabupaten Belitung terdeteksi 10 titik panas dan di Belitung Timur sebanyak empat titik yang tersebar di Kecamatan Sinjuk dan Gantung," katanya.

Demikian juga di Kabupaten Bangka Barat, hotspot terdetiksi sebanyak tujuh titik, masing-masing tersebar di Kecamatan Muntok satu titik, Simpang Teritip dan Jebus masing-masing terdeteksi tiga titik.

"Penyumbang titik panas terendah di Babel yakni ada di Kabupaten Bangka, yakni hanya empat titik yang tersebar di Kecamatan Merawang, Pemali, Riau Silip dan Sungailiat masing-masing terdeteksi satu titik," katanya.

Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan pembakaran lahan dan hutan. Ini untuk mengurangi polusi udara yang akan merugikan kesehatan masyarakat lainnya.

"Kami berharap masyarakat tidak melakukan pembakaran lahan, karena api akan sulit ditangani seiring kecepatan angin selama musim kemarau ini cukup kencang," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI