Suara.com - Jerman akhirnya mulai kewalahan menerima gelombang masuk pengungsi ke negaranya. Pada hari Minggu (13/9/2015), Jerman memperketat perbatasan negaranya bagi para pengungsi.
Sebagaimana disampaikan wartawan AFP, petugas untuk pertama kalinya melakukan pemeriksaan paspor di perbatasan Jerman dengan Austria. Saat malam turun, polisi menyetop dan memeriksa seluruh mobil dan pejalan kaki di penyeberangan Freilassing di Bavaria. Sedikitnya tiga pengungsi Suriah yang datang dengan berjalan kaki diminta berdiam di tepi jalan.
Kebijakan baru ini diberlakukan bersamaan dengan digelarnya pembicaraan darurat para pemimpin negara Uni Eropa terkait pengungsi di Brussels, Belgia. Dalam pertemuan darurat tersebut, menteri-menteri dalam negeri anggota Uni Eropa akan membahas rencana kontroversial untuk menyebar para pengungsi di negara mereka.
Terlepas dari penderitaan yang dialami para pengungsi, sejumlah negara di Eropa timur sudah mengisyaratkan akan menolak jika Uni Eropa mengharuskan mereka menerima pengungsi dalam jumlah tertentu.
Salah satunya adalah Republik Ceko yang sudah menyatakan memperketat perbatasan negaranya dengan Austria. Perdana Menteri Ceko Bohuslav Sobotka bersikeras bahwa negaranya tidak akan patuh pada aturan kuota pengungsi yang akan diberlakukan Uni Eropa.
Sementara itu, pengetatan pemeriksaan di perbatasan masuk Jerman menunjukkan berbaliknya sikap Kanselir Jerman Angela Merkel yang semula membuka pintu lebar-lebar bagi pengungsi Suriah.
"Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mencegah gelombang masuk (pengungsi) ke Jerman dan mengembalikannya ke keteraturan," kata Menteri Dalam Negeri Jeman Thomas de Maiziere.
"Para pencari suaka harus memahami bahwa mereka tidak bisa memilih negara ketika mereka mencari perlindungan," sambungnya.
Langkah terbaru Jerman ini disambut baik oleh Perdana Menteri Hungaria, Viktor Orban. Orban membangun sebuah pagar di perbatasan negaranya dengan Serbia untuk mencegah masuknya pengungsi.
"Kami memahami bahwa keputusan ini penting untuk menjaga nilai-nilai yang ada di masyarakat Jerman dan Eropa," kata Orban seperti dikutip Bild.