Saat diberangkatkan ke Samudera Pasifik, Glomar Explorer terlalu besar untuk melewati Terusan Panama. Alhasil, kapal itu terpaksa mengambil jalan memutar, melewati Tanjung Horn untuk bisa mencapai Samudera Pasifik.
Pada bulan Agustus 1974, capit raksasa yang dimiliki Glomar Explorer berhasil mengangkat bagian kapal selam K-129 yang berukuran panjang 44 meter. Namun, David Sharp, yang merilis buku "The CIA's Greatest Covert Operation" pada tahun 2011, mengakui misi tersebut tak sepenuhnya berhasil.
Hanya haluan kapal selam yang berhasil diangkat, bersama enam jenazah pelaut Uni Soviet di dalamnya. Tak satupun rudal maupun mesin pemecah kode berhasil diangkat.
Misi rahasia itu akhirnya tercium oleh media menyusul peristiwa penyusupan yang terjadi di kantor pusat Hughes di Los Angeles pada bulan Juni 1974. Adalah LA Times yang pertama kali mengungkap cerita soal misi tersebut kepada khalayak ramai pada bulan Februari 1975.
"Sumber kebocoran (soal misi-red) itu tak pernah diketahui," kata sumber CIA yang tidak bersedia disebut namanya.
"Setelah misi kapal Glomar terbongkar, Pemerintah Amerika Serikat menghentikan operasi lanjutan pengangkatan kapal selam itu," lanjut sumber tersebut.
Pada tahun 1975, CIA tak pernah mengakui soal keberadaan Glomar Explorer, maupun misi pengangkatan kapal selam Soviet yang dikenal dengan Project Azorian itu.
Pada tahun 1992, Direktur CIA kala itu, Robert Gates, memberikan sebuah video kepada Presiden Rusia Boris Yeltsin, yang memperlihatkan lokasi peristirahatan terakhir keenam pelaut Uni Soviet dalam kapal selam K-129.
Nasib Kapal Glomar Explorer
Tahun 1997, Glomar Explorer diubah namanya menjadi GSF Explorer. Kapal tersebut dibeli oleh perusahaan pengeboran minyak Transocean pada tahun 2010, lalu digunakan untuk mengebor minyak di Teluk Meksiko hingga Angola.