Suara.com - Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengaku kaget saat mengetahui data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan penurunan orang yang berprofesi sebagai nelayan selama jangka waktu satu dasawarsa terakhir ini.
"Rumah tangga nelayan pada periode 2003-2013 turun dari 1,6 juta turun ke 800 ribu, berarti separuhnya hilang," kata Susi dalam Rapat Koordinasi Nasional Tahun 2015 Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bertajuk "Laut Masa Depan Bangsa" di Jakarta, Kamis (10/9/2015).
Menurut Susi, fenomena tersebut antara lain karena mata pencaharian nelayan di tengah masyarakat dinilai sudah tidak menarik lagi karena banyak nelayan yang telah beralih profesi.
Sebelumnya, Ketua Umum Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) M Riza Damanik mengungkapkan, ada dua tantangan besar yang mesti dihadapi Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) guna menyejahterakan nelayan tradisional.
Tantangan pertama adalah memperbaiki serapan anggaran yang begitu rendah saat ini, hanya sekitar 20 persen dari total anggaran.
"Jika mengelola Rp10 triliun saja gagal, bagaimana publik diajak optimis bahwa KKP dapat mengelola Rp15 triliun di tahun depan," katanya.
Sedangkan tantangan kedua adalah meningkatkan daya-saing produk perikanan di tengah berkembangnya inovasi produk dan pasar perikanan di negara-negara tetangga seperti Thailand, Filipina, Vietnam, bahkan Malaysia.
Sedangkan pengamat Kelautan dan Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado Provinsi Sulawesi Utara Prof Dr Charles Kepel mengatakan, saat ini banyak nelayan yang beralih profesi menjadi tukang ojek akibat sulitnya melaut.
"Cuaca yang ekstrem saat ini, angin yang cukup kencang membuat nelayan di Sulut sulit melaut sehingga memilih profesi yang baru yakni tukang ojek," kata Charles di Manado. (Antara)