Imam Besar Masjid New York Tanggapi Ancaman Somasi Fadli Zon

Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 06 September 2015 | 11:29 WIB
Imam Besar Masjid New York Tanggapi Ancaman Somasi Fadli Zon
Setya Novanto Bertemu Donald Trump. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kehadiran Ketua DPR Setya Novanto dan Wakil Ketua DPR Fadli Zon dalam sebuah acara yang digelar Donald Trump di Manhattan, New York, Amerika Serikat, menuai kontroversi. Imam Masjid Besar New York, Shamsi Ali, adalah salah satu tokoh yang mengkritik kehadiran dua wakil rakyat tersebut di acara Trump.

Shamsi Ali menyayangkan kehadiran Setya dan Fadli di acara pengusaha yang sedang berupaya mengikuti konvensi pemilihan kandidat presiden Amerika Serikat dari Partai Republik itu. Dalam surat kepada Fadli, yang juga diunggah ke laman Facebooknya pada Jumat (4/9/2015), Shamsi menilai kehadiran Setya dan Fadli tidak pada tempatnya. Apalagi, kata Shamsi, ada kesan seperti kedua wakil rakyat itu direndahkan di depan publik.

Diprotes, Fadli pun buka suara. Lewat laman Facebooknya, Shamsi juga mengunggah transkrip percakapannya dengan Fadli di aplikasi Whatsapp.

 

Ini whussap lengkap FZ ke saya mengancam somasi:Terima kasih atas jawabannya Pak Shamsi.Perlu saya jelaskan lagi apa...

Posted by Shamsi Ali Satu on 5 September 2015

Di situ, Fadli menanggapi satu-persatu kritik dari Shamsi, termasuk membantah bahwa kehadirannya dan Setya bukan dalam rangka memberikan dukungan kepada Trump untuk menjadi capres AS. Tak hanya tanggapan, Fadli bahkan mengatakan akan melayangkan somasi kepada Shamsi.

Diancam, Shamsi pun membuat pernyataan lewat laman Facebooknya. Berikut ini pernyataan yang dibuat Shamsi untuk menanggapi ancaman somasi Fadli.

1. Saya tahu itu adalah konferensi pers. Tapi konferensi pers dalam rangkaian kampanye DT. Makanya pak Ketua dan rombongan dibaris di belakangnya bersama pendukungnya dgn slogan mendukung DT. Tidakkah anda berselfie ria dengan salah seorang pendukungnya?

2. Memang bukan mendukung. Tapi hadir dalam acara yang settingnya untuk kampanye (walau itu press conference) dapat ditafsirkan sebagai dukungan oleh calon lain. Kalaupun tidak ada penafsiran seperti itu, pejabat negara hadir di acara seperti itu secara protokol tidak etis.

3. Saya tidak memasalahkan pertemuan dgn DT di lt 26 selama 30 menit. Tapi video jelas menggammbarkan ketua dan rombongan ada di baris belakang selama pers konference itu. Di penghujung acara itu sebenarnya pak Ketua dan rombongan hampir terlupakan. Nampaknya ada yang ingatin ttg tamunya. Maka DT Kembali lagi dan memperkenalkan ketua, dengan cara yang, maaf, sangat melecehkan. minimal ada dua kalimat yang perlu digaris bawahi: 1) dikatakan oleh DT we would do great thing for US dan pak ketua hanya manggut-manggut. 2) Do they love me in Indonesia? Pak ketua menjawab; yes highly. Kedua jawaban uang diberikan oleh pak Ketua tdk pantas. A

4. Sekali lagi saya tidak membahas apa yang terjadi di belakang layar. Itu adalah hak anda untuk menjelaskan ke khalayak ramai. Yang saya dan banyak orang diskusikan adalah apa yang beredar di video itu. Di video itu di saat DT memberikan press conference ketua dan rombongan dibaris di belekang Donald seolah sebagai pendukungnya. Setelah itu Donald keluar tapi nampaknya ada yang ingatkan ttg tamunya. Diapun kembali untuk 2-3 menit mengenalkan tamu. Jadi yang 30 menit itu hak anda untuk menjelaskan ke khalayak ramai. Selebihnya biar khalayak ramai yang menjudge..

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI