Suara.com - Seorang lelaki mengajak istri dan anaknya yang masih balita berbaring di atas rel kereta di Stasiun Bicske, Hungaria. Si lelaki dan keluarganya adalah beberapa dari ratusan pengungsi yang terlibat bentrok dengan polisi anti huru-hara Hungaria.
Mereka menolak untuk berdiri dan dipindahkan dari stasiun. Para pengungsi dari Timur Tengah ini ingin naik kereta dan menuju Jerman, tujuan utama mereka.
Hungaria menjadi pintu masuk utama bagi para pengungsi Suriah yang berhasil mencapai Eropa melalui jalur darat melintasi kawasan Balkan. Berhari-hari lamanya, para pengungsi ini dilarang menaiki kereta tujuan Jerman melalui perbatasan Austria.
Meski pada akhirnya diperbolehkan naik dari Stasiun Kelati, Budapest, kereta para pengungsi tertahan di Bicske, sebuah kota di luar Budapest yang memiliki pusat pendataan imigran. Mereka diminta turun oleh petugas, namun mereka menolak dan bersikeras tetap berada di atas kereta.
Betapapun keras usaha mereka, para imigran kalah jumlah dari polisi. Aparat berhasil memaksa imigran di satu gerbong untuk keluar. Sementara itu, lima gerbong lainnya masih sesak berisi pengungsi yang bertekad untuk tak beranjak.
"Kami butuh air," kata seorang lelaki asal Suriah yang kepanasan di dalam kereta.
"Hargailah orang-orang yang ada di sini. Kami ingin pergi ke Jerman, bukan di sini," lanjutnya.
Uni Eropa 'Terpecah'
Sementara itu, Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah menyepakati mekanisme permanen dan wajib bagi negara-negara anggota Uni Eropa untuk menerima para pengungsi.
Jerman sendiri rencananya bakal menerima 800.000 pengungsi tahun ini. Tak hanya itu, Jerman juga sudah menganggarkan dana miliaran Euro untuk menjamin kesejahteraan mereka.