Anak Pemborong Peraih IPK Sempurna, dari SD-SMA Selalu Prestasi

Siswanto Suara.Com
Rabu, 02 September 2015 | 06:31 WIB
Anak Pemborong Peraih IPK Sempurna, dari SD-SMA Selalu Prestasi
Mahasiswa Fakultas Teknik UNS Solo, Rian Mantasa Salve Prastica (22), peraih IPK sempurna, 4.00, Selasa (1/9/2015) [suara.com/Labib Zamani]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Mahasiswa UNS Solo peraih Indeks Prestasi Kumulatif sempurna 4.00, Rian Mantasa Salve Prastica (22), ternyata sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah atas merupakan siswa berprestasi.

Ketika menempuh pendidikan di SD Kedung Winong, Kabupaten Pati, dari kelas I hingga VI, anak pemborong bangunan itu selalu ranking satu. Di SMP Negeri III Pati, dia juga menjadi siswa peraih nilai ujian tertinggi seluruh Jawa Tengah. Kemudian di SMA Negeri 1 Pati, Rian meraih peringkat II paralel.

Setelah lulus SMA, Rian sebenarnya mendaftar ke Universitas Indonesia melalui jalur Penulusuran Minat dan Bakat. Rian mengambil jurusan arsitektur dan akuntansi. Namun, setelah mengikuti berbagai tahapan, ternyata dia tidak diterima.

Kemudian dia mendaftar ke UNS Solo melalui jalur tulis dengan mengambil jurusan kedokteran dan teknik sipil. Dari dua jurusan yang dipilih tersebut Rian diterima di jurusan teknik sipil Fakultas Teknik UNS.

“Kedokteran ini pilihan pertama, tapi yang diterima justru dipilihan kedua jurusan teknik sipil,” kata Rian di Masjid Nurul Huda UNS Solo, Selasa (1/9/2015).

Putra pertama pasangan Sumanto dan Sriyatun ini selama menempuh kuliah di UNS pernah diminta menjadi asisten dosen oleh Kepala Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik, Rintis Hadiyani.

Dia juga pernah terlibat dalam penelitian pembangkit listrik tenaga mikro hidro di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Dari pengalaman itulah kemudian Rian mengambil judul skripsi berjudul “Analisa Angkutan Sedimen pada Sungai Bahbolon Kabupaten Simalungun Sumatera Utara.” Awalnya, judul yang diajukannya sempat ditolak dosen, karena levelnya terlalu tinggi untuk tingkatan sarjana.

Selain itu, dalam melakukan penelitian juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Namun, berkat prestasi akademik yang hampir semua mata kuliah mendapat nilai A dan menjadi asisten dosen, judulnya tersebut akhirnya disetujui dosen.

“Saya menyelesaikan skripsi hanya membutuhkan waktu satu semester. Dibimbing oleh Ibu Rintis Hadiyani dosen yang dulu pernah saya asisteni,” jelas lelaki yang berkeinginan menjadi dosen, ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI