Cerita Halimah, Dorong Gerobak Nasi Kuning Sampai Bisa Naik Haji

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 01 September 2015 | 06:31 WIB
Cerita Halimah, Dorong Gerobak Nasi Kuning Sampai Bisa Naik Haji
Jamaah Calon Haji kelompok terbang (Kloter) I mulai diberangkatkan ke tanah suci. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Arisannya satu juta rupiah per bulan. Begitu dapat (arisan) Rp22 juta, langsung saya pakai buat daftar haji pada tahun 2009," kata ibu menetap di kecamatan yang lebih sering disebut oleh penduduk sekitar sebagai kampung Jawa itu Beruntung Halimah tidak harus menunggu lama. Padahal, untuk pendaftaran tahun ini, calon haji dari sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan, seperti Waju, harus menunggu sekitar 28 tahun.

Dari hasil berjualan nasi kuning beserta lauk-pauknya itu, Halimah juga bercerita mampu menyekolahkan kedua anaknya hingga menjadi bidan.

"Satu anak perempuan saya menjadi (bidan) PNS (pegawai negeri sipil)," ujarnya bangga.

Sendiri Namun, sayangnya Halimah hanya berangkat haji sendiri. Anak-anaknya tidak bisa ikut mendampinginya karena ketika dirinya mendaftar haji, mereka masih sekolah dan kuliah.

"Di kamar ini hanya saya yang berasal dari Jawa, yang lain orang Makasar," ucapnya lagi.

Halimah terpaksa tinggal di hotel siang itu karena kondisi fisiknya juga terbilang lemah.

"Saya tidak kuat berjalan jauh," katanya sambil memegang lututnya yang mungkin sudah tidak mampu lagi menopang tubuhnya yang subur.

Sementara itu, tiga rekan sekamarnya telah berangkat menggunakan Bus Shalawat ke Masjidilharam untuk Salat Zuhur di dekat Kakbah berada.

Penulis dan dua wartawan lain mencoba membesarkan hati ibu tua yang relatif ramah itu bahwa yang terpenting menjalankan proses haji mulai dari niat, kemudian berihram.

Selanjutnya, tawaf (berjalan mengelilingi Kakbah tujuh kali yang arahnya berlawanan dengan jarum jam atau Kakbah ada di sebelah kiri jemaah), lalu sai (berjalan dan berlari-lari kecil pulang pergi tujuh kali dari Safa ke Marwa pada waktu melaksanakan ibadah haji atau umrah).

Berikutnya, wukuf (salah satu upacara menunaikan ibadah haji dengan berdiam atau hadir di Arafah ketika mulai waktu tergelincir sampai terbenam matahari tanggal 9 Zulhijah).

Kemudian, melempar jamrah (tugu yang menjadi sasaran lemparan batu dalam ibadah haji): jamrah sugra/ula atau jamrah yang pertama dan kerikil pada bekas tempat godaan setan yang terkecil; jamrah wusta atau jamrah pertengahan atau yang kedua di antara jamrah ula dan aqabah; jamrah aqabah atau jamrah yang ketiga pada bekas tempat godaan setan yang terbesar.

Lalu, Tahalul (bercukur atau memotong beberapa helai rambut).

Penulis dan dua jurnalis lain pun menekankan bahwa dalam menunaikan rukun Islam yang kelima itu harus tertib sehingga perjuangan Ny. Halimah tidak sia-sia untuk ke Tanah Suci dan kembali ke Tanah Air menjadi haji yang mabrur.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI