Cerita Halimah, Dorong Gerobak Nasi Kuning Sampai Bisa Naik Haji

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 01 September 2015 | 06:31 WIB
Cerita Halimah, Dorong Gerobak Nasi Kuning Sampai Bisa Naik Haji
Jamaah Calon Haji kelompok terbang (Kloter) I mulai diberangkatkan ke tanah suci. (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Jika ada sinetron tukang bubur pergi haji, dalam dunia nyata ada pedagang nasi kuning pergi haji. Dialah Halimah, perempuan berusia sekitar 60 tahun yang berangkat dari embarkasi Makasar atau Ujung Pandang (UPG1).

Ia baru tiba di Mekah pada hari Minggu (30/8/2015) setelah perjalanan panjang sekitar 7 jam sampai dengan 8 jam dari Kota Nabi, Madinah ke Mekah.

Pertemuan dengannya juga unik. Halimah yang tinggal di pemondokan 601--sebuah penginapan baru berstandar bintang tiga bernama Arkan Bakka--terkunci dari luar.

Halimah dengan tidak sengaja keluar kamar tanpa mengambil kartu elektronik sebagai kunci hotel sehingga kamar otomatis terkunci dari dalam.

"Tolong, ada seorang calon haji yang kamarnya terkunci," kata Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) yang juga Kepala Seksi Media Center Haji (MCH) Khoeron Abdurori.

Spontan, penulis dan dua wartawan MCH yang berada di lobi langsung menuju resepsionis untuk meminta petugas hotel membukakan kamar Halimah dengan kunci utama (master key) pemondokan itu.

Petugas hotel bergamis putih menemani para wartawan itu naik ke lantai dua. Di lorong lantai itu, mereka bertemu perempuan bertubuh gemuk mengenakan daster batik berlengan pendek "ngedeprok" di lantai lorong depan kamar.

"Ibu kenapa bisa terkunci di luar," tanya penulis dan dua wartawan lainnya hampir serempak sambil membantu perempuan itu berdiri begitu petugas hotel membukakan pintu kamarnya.

Arisan Halimah yang ramah mempersilakan penulis dan dua jurnalis lain masuk ke dalam kamar yang diisi bersama tiga anggota jemaah calon haji perempuan lainnya.

"Tolong bantu Dik, saya masak nasi, tetapi enggak bisa nyolokin listriknya," kata ibu beranak dua itu sambil mengambil mangkok penanak nasi (magic jar) berkapasitas 1 liter yang sudah diisi beras.

Setelah sejumlah wartawan itu membantunya, dia pun duduk di pinggir tempat tidur sambil bercerita tentang pengalamannya sampai ke Tanah Suci.

"Sudah lama saya ingin berhaji," katanya memulai pembicaraan.

Untuk mewujudkan impiannya itu, Halimah yang sehari-hari berjualan nasi kuning dengan menggunakan gerobak di Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Poliwali Mandar, Sulawesi Selatan, ikut arisan.

Selanjutnya: Ketekunan Halimah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI