Penodong Berkeliaran di Monas, Ahok: Harusnya Tak Boleh Terjadi

Senin, 31 Agustus 2015 | 14:25 WIB
Penodong Berkeliaran di Monas, Ahok: Harusnya Tak Boleh Terjadi
Kawasan Monas [Suara.com/Oke Atmaja].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan menambah closed circuit television di kawasan Monumen Nasional, Jakarta Pusat, agar kasus penodongan terhadap pengunjung seperti yang baru saja dialami sembilan pelajar tidak terulang lagi. Dengan banyaknya kamera pengawas, lingkungan Monas bisa diawasi dengan baik.

"Kita akan perketat, dan (tambah) CCTV lebih banyak. Makanya harus pelototin ada gerak-gerik nggak aman langsung bertindak (petugas)," kata Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (31/8/2015).

Kasus penodongan terhadap sembilan pelajar terjadi Minggu (30/8/2015). Satu dari sembilan korban penodongan di Monas, Randi (14), mengaku setelah ditodong korban langsung lapor Satpol PP, tapi bukannya segera menolong, petugas malah pergi. Padahal, ketika itu, pelaku masih di lokasi kejadian perkara.

Ahok berharap setelah pengamanan kawasan yang berada tepat di depan kantor Presiden Joko Widodo tersebut diperketat, kelak jatuh korban kejahatan lagi.

"Harusnya nggak boleh kejadian," kata Ahok.

Dalam kasus penodongan kemarin, Randi bercerita awalnya dia dan teman-teman berteduh karena cuaca sangat panas.

Tak lama setelah mereka berteduh di bawah pohon rindang, ada tiga orang yang datang.

"Pura-pura ikutan numpang neduh," kata Randi kepada Suara.com.

Kemudian, salah satu lelaki tiba-tiba bertanya kepada Randi.

"Adik gua tadi hp-nya diambil, lu ada yang tahu orangnya nggak?" kata lelaki tersebut ditirukan Randi.

Setelah itu mulailah komplotan tersebut beraksi. Mereka mengeluarkan pisau lipat dan mengancam.

"Kalau nggak ada yang mau ngasih, saya sama temen-temen diancem bang, pakai pisau, ya saya pada takut," kata Randi.

Randi dan teman-temannya pun menyerahkan empat ponsel Android, tiga ponsel Samsung, satu ponsel Evercross, uang tunai Rp50 ribu, satu Powerbank, kartu untuk naik Transjakarta, dan dua tas gendong.

Pada saat pelaku masih mempreteli harta benda para korban, salah satu korban diam-diam pergi untuk minta pertolongan.

Korban melapor kepada petugas keamanan yang berada tak jauh dari lokasi kejadian perkara.

Korban mengajak petugas tersebut untuk segera datang ke lokasi kejadian perkara karena pada waktu itu tiga pelaku masih beraksi di sana.

"Saya ajak Satpol PP buat gituin yang ambil hape saya pada, eh malah (petugas) balik lagi diem-diem, badan doang gendut, tapi malah takut," ujar Randi dengan nada kesal.

Akhirnya pelaku kabur begitu saja. Korban menyesalkan sikap petugas yang tidak segera bertindak saat ada kejahatan di dekat mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI