Rumahnya Ditenggelamkan, Warga Jatigede Demo di Istana

Esti Utami Suara.Com
Senin, 31 Agustus 2015 | 13:19 WIB
Rumahnya Ditenggelamkan, Warga Jatigede Demo di Istana
Aksi FRP di depan Istana Merdeka, mendesak penenggelaman waduk Jatigede ditangguhkan. (suara.com/Nur Habibie)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Massa yang tergabung dalam Front Pejuang Rakyat, menggelar aksi di depan Istana Merdeka, Jakarta Pusat, meminta agar pemerintah menangguhkan penenggelaman waduk Jatigede di Sumedang, Jawa Barat yang dijadwalkan akan dilakukan Presiden Jokowi, Senin (31/8/2015) ini.

"Kami mendesak pemerintah menunda penenggelaman Waduk Jatigede sampai keluhan warga dipenuhi, beri penanganan yang adil, hentikan cara kekerasan dan penggunaan TNI dalam penanganan masalah ini," ungkap Rahmat Ajiguna, Korlap FPR.

Rahmat menambahkan dalam waktu 55 hari k edepan puluhan desa di Jatigede akan tenggelam termasuk Desa Jemah dan desa Cipaku yang sebagian warganya belum menerima ganti rugi.  Sebelumnya, lima hari menjelang penggenangan aliran listrik akan diputus. Padahal menurut Rahmat, sejumlah tuntutan warga seperti  pembiayaan membersihkan tanah kas desa hingga kini belum diluluskan Pemprov Jawa Barat dan Pemerintah Pusat.

"Permintaan rakyat untuk pindah ke Conggeang juga ditolak Pemprov dan Pusat," cetus Rahmat.

Waduk Jatigede yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, berada di lima Kecamatan dan 28 Desa. Setidaknya 45.000 jiwa harus meninggalkan rumah mereka karena rumahnya terkena proyek. Namun sebagian warga menolak pindah, karena uang gantirugi yang diterima dinilai tidak sepadan.

Jika penggenangan tetap dilakukan, warga akan bertahan dan mendirikan posko-posko untuk tinggal sampai tuntutan mereka dipenuhi. Warga, menurut Rahmat, sampai saat ini belum tahu harus pindah kemana.

"Poskonya di Desa Sukakersa, Pada Jaya, Jati Bungur, Leuwi Hideung, Paku Alam dan Jemah," ujar Rahmat.

Sikap warga ini, menurut Rahmat, karena selain rumah warga juga terdapat sarana umum lain yang ikut tenggelam. Dan fasilitas ini,menurut warga tidak diganti oleh pemerintah.

Proyek pembangunan waduk Jatigede sudah mulai direncanakan sejak tahun 1964, namun baru terealisasi di era pemerintahan SBY. Pembangunannya selesai pada 2014 lalu.  Berdasarkan siaran pers Komunikasi Publik Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat manfaat utama waduk Jatigede bisa mengairi persawahan hingga seluas 90.000 hektare, dan memiliki sumber air baku dengan kecepatan sebesar 3,5 kubik per detik.

Air baku itu, bisa digunakan untuk kepentingan wilayah di Sumedang, Majalengka, hingga ke Cirebon.

Selain itu, Waduk Jatigede juga bermanfaat sebagai sumber tenaga bagi PLTA dengan kapasitas hingga 110 megawatt (MW), untuk objek pariwisata dan pengendalian banjir sebesar 14 ribu hektar di kawasan daerah tersebut. Namun pembangunan waduk ini menuai kontroversi. Sejumlah kalangan mengingatkan bahaya ekologis dan kerusakan sosial yang mungkin ditimbulkan oleh proyek ini. (Nur Habibie)

REKOMENDASI

TERKINI