Film Kisah Nabi Besutan Iran Tuai Kontroversi

Ruben Setiawan Suara.Com
Sabtu, 29 Agustus 2015 | 06:55 WIB
Film Kisah Nabi Besutan Iran Tuai Kontroversi
Ilustrasi juru kamera. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebuah film terbaru yang mengangkat kisah hidup Nabi Muhammad besutan sutradara Iran dirilis pada hari Kamis (27/8/2015). Namun, sejumlah akademisi Arab mendesak pemerintah Iran untuk melarang peredaran film tersebut.

"Mohammad, Messenger of God", demikian judul film besutan sutradara nominator Oscar, Majid Majidi tersebut. Dengan biaya pembuatan mencapai 40 juta Dolar, konon film ini adalah film termahal sepanjang sejarah perfilman Iran.

"Saya memutuskan untuk membuat film ini untuk melawan gelombang Islamophobia di negara-negara Barat. Interpretasi negara Barat tentang Islam adalah melulu tentang kekerasan dan terorisme," kata Majidi seperti dikutip oleh majalah Iran, Hezbollah Line.

Film berdurasi 171 menit yang merupakan bagian pertama dari trilogi yang rencananya akan dibuat, mengisahkan masa kecil Nabi Muhammad. Sesuai dengan aturan dalam Islam, wajah Nabi tidak akan ditampilkan dalam layar. Pemeran Muhammad kecil hanya akan disorot dari belakang, atau hanya bayangannya saja.

Sebuah kamera steadicam dirancang khusus untuk menggambarkan sudut pandang Nabi oleh pakar sinematografi pemenang Oscar asal Italia, Vittorio Storaro. Identitas bocah yang memerankan Muhammad juga tidak diungkap kepada publik.

Akademisi di Univesitas Al-Azhar, Mesir, tidak puas dengan cara pengemasan film tersebut. Mereka meminta agar Iran melarang peredaran film itu.

"Masalah ini sebenarnya sudah jelas. Syariah Islam melarang penggambaran sosok Nabi," kata Profesor Abdel Fattah Alawari, dekan Fakultas Teologi Islam di Universitas Al-Azhar.

"Dalam Islam tidak diperbolehkan bahwa seseorang (aktor) punya peran berbeda dan bertentangan, lalu kemudian dia memerankan Nabi... Ini tidak diperbolehkan," lanjut Abdel.

Namun, seorang musisi ternama yang juga mengisi musik latar film tersebut, Sami Yusuf, menilai bahwa protes Al-Azhar bermuatan politis.

"Sebagian besar reaksi ini adalah politis. Saya yakin orang-orang di Al-Azhar dan orang lain yang mengkritisi, belum melihat film ini. Mereka menentang film ini hanya karena ini merupakan ekspor budaya dari Iran," kata Yusuf.

Sebagian besar syuting film Mohammad, Messenger of God, dilakukan di Iran. Tim produksi pun sampai membangun replika Kota Mekkah sebagai salah satu setting film tersebut.

Film ini ditayangkan secara serentak di 143 bioskop di Iran, juga di Festival Film Montreal. Film ini bahkan menjadi film paling populer di salah satu bioskop di Teheran. (Reuters)

BERITA MENARIK LAINNYA: 

Taylor Swift Usir Bintang "Lord of The Rings"

Koki Ini Memang Cantik, Tapi Kue Buatannya Bikin Bergidik

Instagram Hadirkan Format Foto "Portrait" dan "Landscape"

9 Akal Anak Kosan Saat Duit Telah Menipis

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI