Reshuffle Tak Mempan, Jokowi Bisa Belajar dari SBY Lewati Krisis

Selasa, 25 Agustus 2015 | 15:09 WIB
Reshuffle Tak Mempan, Jokowi Bisa Belajar dari SBY Lewati Krisis
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Juru bicara Partai Demokrat Dede Yusuf menilai perombakan Kabinet Kerja yang dilakukan Presiden Joko Widodo tidak berdampak signifikan pada perbaikan ekonomi. Menurut Dede yang terjadi malah sebaliknya karena setelah reshuffle malah timbul kegaduhan di kabinet.

"Apapun yang terjadi di kabinet membuat turunnya trust untuk pelaku usaha. Sehingga reshuffle kemarin itu tidak membuahkan hasil yang signifikan terhadap pergerakan roda ekonomi," kata Dede di DPR, Selasa (25/8/2015).

Dede mengatakan setelah perombakan kabinet indeks saham melemah serta kebijakan pemerintah cenderung menomorsatukan investor asing.

Bagi Dede yang terpenting sekarang adalah bagaimana penyerapan APBN bagus agar ekonomi tumbuh. DPR, kata dia, mendukung.

"Karena itu, kita tunggu saja. Mudah-mudahan pemerintah bisa ambil sikap yang baik," kata Ketua Komisi IX.

Dede optimistis bangsa Indonesia bisa bertahan menghadapi gejolak ekonomi global.

"Indonesia punya kultur sebagai bangsa yang survive. Tapi pemimpin perlu mendorong semua stakeholder untuk membantu ini. Semuanya sudah mengatakan, bahwa kita dalam posisi berat. Mari sama-sama kita lakukan sesuatu," ujarnya.

Dede menceritakan Partai Demokrat punya sejarah tentang cara menghadapi krisis ekonomi global. Pada tahun 2008, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono berhasil membawa bangsa lolos dari keterpurukan.

"Yaitu bagaimana sektor riil, yang ada di bawah ini, yang saya katakan UKM, bisa dipertahankan. Karena UKM ini tidak terganggu dengan namanya valas. Ini sudah terbukti 2008, kita survive. Pada saat semua negara terpuruk kita bertahan dengan pertumbuhan ekonomi lima persen itu karena sektor riil kita gerakan. Ini pertahankan," ujarnya.

"Kita sudah melewatinya, pelajaran ini bisa dijadikan patokan untuk keluar dari masalah ini. UKM ini menjadi sangat penting kalau diperhatikan UKM ini tidak tergantung dengan investasi. Kalau kita bicara UKM, kita bicara sektor riil. Kalau sektor riil menggerakkannya kita bisa survive, 2008 salah satunya karena kuatnya UKM," Dede menambahkan.

Selain itu, kata dia, pada jaman Yudhoyono, seluruh tokoh diajak berembug untuk mencari solusi atas krisis, kemudian membentuk tim ekonomi untuk membahas krisis.

"Apapun itu kita harus support pemerintah keluar dari masalah ini. Jangan menyalah-nyalahkan yang lalu. Tapi apa yang bisa kita support, Partai Demokrat apa yang bisa disupport, kalau yang bisa kita support adalah bagaimana memberikan pemikiran, bisa saja Presiden (Jokowi) mengumpulkan tokoh di era SBY, mungkin ada Pak Hatta, misalnya, atau siapa lagi gitu, apa yang akan kita lakukan," ujar dia.

"Belajar dari pengalaman inilah, menurut saya, apakah perlu krisis tim, silakan. Pada dasarnya, di Indonesia ada ratusan-ribuan, yang punya keahlian untuk membantu pemerintah. Diajak dong. Ditarik, itu yang harus dilakukan," Dede menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI