"Saya nggak tahu, tapi memang sering sekali Mujimin nyegat (memberhentikan) saya kalau pas lewat sawah. Alasannya selalu mau beli tempe, eh lama - lama akhirnya malah jadi kesengsem (jatuh cinta)," kata Saikem.
Hampir setiap hari selama sekitar tiga tahun, mereka pacaran. Sampai suatu hari, Mujimin "nembak" Saikem. Duda dengan dua anak tersebut mengajak Saikem menikah.
"Pas diajak nikah ya saya langsung bilang mau. Lha wong saya juga sudah cinta. Anak-anaknya Mujimin juga sudah setuju, jadi ya kami putuskan untuk menikah," ujar Saikem.
Ketika Mujimin mengajak Saikem nikah, ternyata tak ama kemudian ada acara nikah bareng di Sendang Ngembel. Ya sudah, lanjutlah.
"Kebetulan pas ada acara nikah bareng ini, waktu itu juga ditawari sama Kepala Desa ya kami langsung mau saja," kata Mujimin.
Mujimin dan Saikem terus terang sempat merasa malu saat menikah di acara nikah bareng, apalagi delapan pasangan lainnya masih muda usia.
Tapi, mereka pun lupa soal rasa malu tadi, setelah dinyatakan sah oleh penghulu.
Bagi pengantin baru itu ini momen terbahagia dalam kehidupan mereka. Mujimin dan Saikem berharap rumah tangganya langgeng. (Wita Ayodhyaputri)