Suara.com - Sejumlah pejabat dan pembantu pimpinan pemerintahan Korea Utara dan Selatan bernegosiasia secara maraton menggelar perundingan untuk mengurangi ketegangan diantara kedua negara itu dan menghindari kontak senjata alias perang.
Perundingan itu digelar di sebuah desa di Panmunjom yang berlokasi di zona bebas militer. Perundingan itu digelar setelah masa ultimatum dari Korea Utara berakhir sejak Sabtu lalu (22/8/2015).
Pertemuan bahkan terus berlangsung hingga Senin pagi ini (24/8/2015), seperti dilansir Reuters.
Korut sendiri sudah mengerahkan kekuatan militernya dua kali lipat dari biasanya di perbatasan dua negara di Semenanjung Korea itu dan lebih dari 50 kapal selam mulai ditugaskan, seperti diklaim oleh Kementerian Pertahanan Korsel.
Sedangkan Korsel hingga kini masih ngotot tidak bersedia menghentikan propagandanya yang memicu kemaharan Korut.
Para utusan itu, seperti disiarkan di televisi sempat terlihat berjabat tangan sambil tersenyum pada awal pertemuan mereka.
“Kedua pihak sama-sama di bawah tekanan untuk bisa keluar dari situasi ini,” kata professor pakar unifikasi dari Universitas Konkuk Jeon Young-sun.
“Korut ingin propaganda dihentikan, sementara Korsel tak mau melakukannya tanpa mencapai hasil kembali,” kata Jeon.