Suara.com - Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) menganggap kekerasan yang dilakukan aparat dalam proses penggusuran Kampung Pulo tidak dapat dibenarkan.
Bahkan Koordinator Kontras Haris Azhar menyebut Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian hanya memanfaatkan momentum penggusuran rumah warga dan menumpang popularitas yang dimiliki Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
"Apapun justifikasi tidak dapat dibenarkan, kalau orang harus ditembaki dipukuli, diseret. Di bawa ke kantor polisi dan di proses saya pikir polisi itu naif. Saudara Tito karnavian itu naif. Dia cuma numpang popularitas saja terhadap Ahok," kata Hariz saat ditemui di kantor Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Jl Diponogoro No 74, Jakarta Pusat, Minggu (23/8/2015).
Selain itu, Haris juga menyalahi prosedur penggusuran oleh Pemprov DKI yang mengerahkan ratusan ribu personil gabungan yang terdiri dari unsur Satpol PP, Polri dan TNI. Dalam proses penggusuran Kampung Pulo, Kamis (20/8/2015) kemarin, terjadi bentrokan antara warga dengan aparat gabungan.
"Ada prosedur. Caranya harus tepat untuk mencapai tujuan yang jelas. Jadi menurut saya apa yang terjadi di kampung pulo adalah kesalahan besar. Ahok telah mengkhianati kepercayaan warga sipil, warga miskin kota," kata Hariz.
"Estetika tidak bisa mengalahkan etika. Hanya mencari penindakan lalu menafikan etika dalam berinteraksi dengan masyarakat," tambahnya.
Penggusuran Kampung Pulo, Kontras Sebut Kapolda Metro Naif
Minggu, 23 Agustus 2015 | 21:24 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Kecam Penembakan Warga di Semarang dan Bangka Belitung, KontraS: Polisi Telah Melakukan Pembunuhan di Luar Hukum
29 November 2024 | 12:01 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI