Suara.com - Sampai Jumat (21/8/2015) malam, rumah almarhum Haji Musa di RT 11, RW 3, Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, belum berhasil dirubuhkan dengan alat berat milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Padahal, rumah-rumah warga di sekitar bangunan peninggalan Haji Musa tersebut sudah hancur lebur digilas buldozer.
Tetangga-tetangga alharhum Haji Musa tidak mengerti kenapa hal itu bisa terjadi.
"Saya juga bingung kenapa tidak bisa dirubuhkan, karena mungkin dari kedermawanan beliau selalu menyediakan rumahnya untuk pengajian, sekarang juga kan hari Jumat mas," kata Iing, salah satu tetangga rumah alharhum Haji Musa.
Semasa hidup, Haji Musa yang dermawan dikenal sebagai pedagang beras.
Dia murah pertolongan kepada warga yang kurang mampu. Karena keterlibatannya di berbagai kegiatan sosial, Haji Musa pun dianggap sebagai tokoh masyarakat.
Haji Musa juga rela menyediakan rumahnya untuk tempat pengajian warga sekitar sampai sekarang.
"Haji Musa sendiri juga tidak pernah ketinggalan pengajian, sakit aja masih tetap ikut pengajian," kata Iing.
Iing mengatakan rumah Haji Musa bukan rumah angker.
Iing tidak mengerti kekuatan apa yang melindungi rumah tersebut sampai sulit dibuldozer. Bahkan, alat berat yang mencoba merubuhkannya sampai berkali-kali mengalami kejadian mati mesin.
"Mungkin rumahnya sering dipakai untuk pengajian dan salat tarawih, jadi tidak bisa dirubuhkan," katanya.
Di lokasi Kampung Pulo juga terdapat bangunan sakral. Ada makam ulama terpandang dan sebuah musala di sana. Petugas memastikan tidak akan menggusur makam dan musala, sebaliknya akan merawatnya.
Pemerintah DKI Jakarta berusaha merelokasi warga Kampung Pulo ke Rusunawa Jatinegara Barat. Sebab, pemukiman yang mereka tempati berada di pinggir Sungai Ciliwung. Daerah yang selalu menjadi langganan banjir.
Proses relokasi warga tak berjalan mulus. Sempat terjadi perlawanan sengit dari warga. Bahkan sempat diisukan pula makam ulama dan musala di sana juga akan dihancurkan petugas. Tapi, isu tersebut tak mempan. (Nur Habibie)