Suara.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Mohamad Taufik membandingkan gaya kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan Joko Widodo (Jokowi) saat menjadi memimpin Jakarta.
Hal itu dikatakan Taufik terkait dengan penggusuran bangunan di Kampung Pulo, Jatinegara, Jakarta Timur, yang dinilai belum tepat sehingga menimbulkan gesekan antara warga dengan petugas.
"Saya kira ada standarnya mestinya dalam pembenahan itu, tapi tetap bahwa ya mesti dikedepankan persuasif. Jadi jangan bar-bar lah. Ini bar-bar banget. Terus saya ingin mengatakan, harusnya pendekatan kemanusian perlu diutamakan," kata Taufik di Gedung DPRD DKI Jakarta, Jumat (21/8/2015).
Taufik menjelaskan, ketika Jokowi menjadi gubernur DKI negoisasi dengan warga yang bangunannya akan dibongkar lantaran berdiri di ruang terbuka hijau (RTH) atau tanah negara itu sampai berpuluh-puluh kali dan hingga ketemu kesepakatan antara kedua belah pihak.
"Dulu Pak Jokowi terkenalnya pas Pilgub, dia berulang-berulang (negoisasi dengan warga). Ya kalau perlu 10 kali ketemu, 20 kali bertemu. Saya kira itu yang harus dipertimbangkan dan menghargai hak kepemilikn. Itu ada yang punya sertikat dan IMB yang harus juga dihargai," jelas Taufik.
Politisi Partai Gerindra itu juga meminta kepada Ahok untuk bisa menjaga perasaan warga Kampung Pulo yang rumahnya digusur, dengan cara tidak mengumbar komentar ke media massa yang dapat menimbulkan polemik.
"Jangan umbar statement yang buat orang jadi tambah panas," kata Taufik.