Suara.com - Harga minyak dunia diprediksi akan terus menurun seiring ketersediaan minyak akan melimpah. Harga minyak dunia sampai saat ini terpantau di kisaran 41 dolar Amerika Serikat perbarel.
Analis perekonomian dari Universitas Gajah Mada, Tony Prasetiantono mengatakan harga minyak yang murah paling besar disebabkan oleh ditemukannya energi baru non-konvensional shale oil di Amerika Serikat. Biaya produksinya murah, kata Tony.
Shale oil ini diproduksi dari sedimentasi organik di bebatuan yang kaya kandungan kerogen. Shale oil ini bisa menghasilkan minyak mentah, minyak tanah, dan solar.
"Itu hanya memanaskan bukit atau gunung batu di 3 negara bagian di Colorado, Utah, dan Wyoming. Batu itu dipanasi 700 F. Batu itu mencair menjadi kerogen," kata Tony di Kantor Bank Permata di Jakarta, Kamis (20/8/2015).
Dengan ditemukannya shale oil, Amerika Serikat menjadi negara yang mempunyai cadangan minyak terbesar sampai 1 triliun barel. Jauh dibandingkan Arab Saudi yang mempunyai 279 miliar barel dan Indonesia yang hanya mempunyai 3,7 miliar barel.
"Amerika akan menjadi produsen minyak, sekarang sudah menjadi pemilik cadangan minyak terbesar di dunia. Ongkos produksinya 20 dolar perbarel," kata Tony.
Dengan minyak dunia melimpah, maka dorongan untuk membuat energi terbarukan akan mengendor. Salah satu energi terbarukan itu semisal industri minyak jarak atau bio diesel.
"Ngapain? Kan harga minyak murah. Kan kemarin senang ada energi terbarukan. Energi terbarukan akan masuk kalau harga minyak di atas 100 dolar perbarel," jelas dia.