Suara.com - Aldo Meyolla Geraldino, remaja asal Surakarta yang namanya akhir-akhir ini heboh di sosial media lantaran masuk sebagai salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada di usianya yang masih 14 tahun ternyata merupakan sosok sederhana dan mulai mengikuti program akselerasi dari sekolah dasar.
Aldo, sapaan akrabnya berbagi kisah hidup di sela-sela istirahat di masa orientasi kampusnya.
Sambil menikmati kudapan siangnya, Aldo bercerita tentang awal mula dirinya mengikuti kelas akselerasi atau percepatan hingga akhirnya tercatat sebagai salah satu mahasiswa termuda di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.
"Saya masuk SD pas umur lima setengah tahun, pas kelas satu sampe tiga biasa aja, terus pas kelas tiga ikut tes akselerasi, jadi kelas empat, lima enamnya cuman dua tahun, pas SMP, SMA juga cuman dua tahun," kata Aldo.
Aldo mengatakan, kendati mengikuti program akselerasi atau percepatan, dirinya tetap menikmati dan tidak merasa terbebani.
Selanjutnya: Kiat Aldo sukses dalam belajar
Ikut program akselerasi, bukan berarti hidupnya hanya untuk belajar, belajar dan belajar. Bagi Aldo, belajar tak perlu dipaksakan. Saat merasa jenuh, Aldo akan menghentikan aktifitas belajarnya sementara waktu dan beralih pada kegiatan yang lain.
"Ya menikmati, masih bisa main juga sama temen - temen, saya juga punya banyak teman, ikut program akselerasi ya belajarnya juga biasa aja, tiap malam memang belajar tapi ya biasa, kalau lagi males belajar ya main game atau dengerin musik," kata Aldo.
Aldo tak pernah merasa canggung untuk berteman dengan orang-orang yang usianya lebih tua saat mengikuti kegiatan belajar. Aldo beranggapan itu hal biasa saja.
"Ya biasa aja, enggak canggung, mereka juga baik - baik semua sama saya jadi ya temenan biasa aja," kata Aldo.
Menurut Aldo, kesuksesannya saat ini tak lepas dari peran serta orangtua dalam mendampinginya.
"Mereka gak pernah marahin saya, gak pernah maksa saya untuk belajar juga, cuman memang menyarankan agar setiap hari belajar, tapi ya gak dipaksa, mereka juga membebaskan saya, cuman paling kalau sudah menuju agak bebas atau melenceng baru saya ditarik lagi," ujar Aldo.
Selanjutnya: Perjuangan Aldo masuk Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Aldo mengaku, pilihannya untuk masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada juga karena inisiatifnya sendiri, bukan karena paksaan dari orang tuanya.
"Ya pilih kedokteran karena memang minat bakat saya ke sini, bukan karena disuruh atau dipaksa, saya pingin kalau jadi dokter bisa bermanfaat bisa menolong orang tidak mampu, kalau jadi dokter ada orang sakit yang penting diobatin dulu, kalau nggak punya uang ya gratis," kata Aldo.
Aldo berangan-angan, kelak jika sudah lulus dari Fakultas Kedokteran, dirinya ingin melanjutkan pendidikan untuk mengambil program spesialis, meskipun hingga kini Aldo belum menemtukan akan mengambil spesialis apa.
Kendati demikian Aldo ingin hidupnya lebih bermanfaat bagi orang lain. Aldo bercita-cita kelak setidaknya bisa menjadi kepala rumah sakit, agar dapat membangun dan memperbaiki sistem yang ada, sehingga pelayanan rumah sakit dapat lebih maksimal dan tidak terlampau mahal.
Remaja yang selalu masuk peringkat tiga besar saat SD hingga SMA ini ternyata masuk menjadi salah satu mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada melalui ujian masuk, dan bukan melalui jalur undangan.
"Masuknya lewat jalur tes bukan undangan, sebenernya di sekolah waktu itu nilai saya masuk tiga besar, kan kuota jalur undangan cuman tiga orang, harusnya bisa masuk tapi yang nilainya diperingkat lima dia pake sertifikat-sertifikat KIR (Karya Ilmiah Remaja-red) ya jadi saya nggak masuk," ujar Aldo.
Tak bisa masuk lewat jalur undangan, Aldo tak putus asa. Dirinya menyiapkan tes ujian masuk universitas selama satu bulan penuh dan berhasil.
"Kan waktu itu ada libur sebulan jadi selama sebulan saya belajar untuk tes, tapi ya belajarnya santai juga sih, ternyata keterima, dan gak ada kesulitan waktu mengerjakan soal ujian seleksi masuk universitas," ujar Aldo. (Wita Ayodhyaputri)